Sejumlah orang menunggu pesanan mereka di toko daging di kota pelabuhan Tripoli di Libanon utara pada 28 Juli 2020/AFP
Sejumlah orang menunggu pesanan mereka di toko daging di kota pelabuhan Tripoli di Libanon utara pada 28 Juli 2020/AFP
KOMENTAR

PERAYAAN Idul Adha yang dirayakan pada hari ini (Jumat, 31/7) di Libanon terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Pasalnya, Idul Adha dirayakan di tengah bayang-bayang lockdown atas pandemi virus corona atau Covid-19 serta krisis ekonomi yang fatal.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, di Hari Raya Idul Adha tahun ini, jalan-jalan utama di ibukota Beirut tampak kosong dan toko-toko serta pasar tutup.

Hal itu terjadi karena Libanon masih memberlakukan lockdown. Petugas keamanan pun rutin berpatroli untuk memperingatkan mereka yang keluar rumah.

Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, hal itu pula yang tengah dialami oleh Libanon. Pandemi Covid-19 hadir saat negara itu tengah berjuang di tengah krisis ekonomi.

Kondisi tersebut membuat banyak warga Libanon yang tidak bisa menikmati ritual tradisional Idul Adha, seperti menyembelih hewan kurban.

Salah seorang pemilik toko daging di Beirut, Mohammed Oleylat pun menuturkan bahwa permintaan akan hewan kurban sangat berkurang tahun ini.

"Saya biasanya menyembelih antara 40 dan 50 domba (untuk Idul Adha), namun, saya hanya memiliki dua klien hari ini yang meminta untuk membeli domba. Setiap domba berharga 300 dolar AS sekarang, yang setara dengan 2,4 juta pound Lebanon di pasar gelap," jelasnya, seperti dimuat Arab News.

Dia juga menuturkan bahwa pada malam Idul Adha, tidak banyak pelanggan yang memesan daging. Padahal biasanya di tahun-tahun sebelumnya, dia selalu kebanjiran pesanan di malam Idul Adha.

"Keadaan sulit bagi semua orang," tambahnya.

Sementara itu, Presiden Asosiasi Pedagang Beirut, Nicolas Chammas mengatakan bahwa situasi di negaranya sedang buruk.

"Situasinya sangat menyedihkan. Kami menunggu Idul Adha dan musim panas untuk menebus kekalahan kami pada Idul Fitri, Natal, dan tahun baru lalu, tetapi situasinya menjadi lebih buruk. Semua faktor telah tumpang tindih, dan kerugian kami meningkat," jelasnya.

Dia menambahkan bahwa selama sembilan bulan terakhir seperempat bisnis di Beirut telah dipaksa untuk tutup karena krisis negara.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News