Jaya Suprana/Net
Jaya Suprana/Net
KOMENTAR

KARENA terlanjur dididik untuk berpikir rasional maka saya tidak percaya tahayul. Rupanya ketidakpercayaan saya terhadap tahayul membuat geram teman saya yang percaya tahayul maka pada suatu hari mengundang saya menghadiri pertemuan orang-orang yang percaya jailangkung.

Demi tidak membuat teman saya makin geram, saya memenuhi undangan teman saya yang sangat percaya tahayul tersebut.

Jailangkung

Pertemuan orang-orang percaya jailangkung diselenggarakan di sebuah kelenteng yang tidak perlu saya sebut namanya dan di mana demi menghindari hal-hal kurang diinginkan. Suasana pertemuan dengan jailangkung cukup menyeramkan seperti di film-film horror. Suara bacaan mantra diiringi kepulan asap dupa memenuhi sebuah ruang kecil, gelap dan pengap. Namun saya tetap skeptis sebab benar-benar tidak percaya tahayul. Kemudian sang pawang yang memegang jailangkung secara erat minta saya ikut memegang jailangkung agar saya percaya bahwa jailangkung bergerak bukan akibat digerakkan oleh sang pawang, namun karena benar-benar kerasukan arwah.

Arwah

Tak lama berselang jailangkung yang dipegang erat-erat oleh saya dan sang pawang mulai terasa makin berat bahkan kemudian bergoyang-goyang. Yakin bahwa yang menggoyang adalah sang pawang, maka saya makin pegang jailangkung erat-erat agar tidak bisa digerak-gerakan oleh sang pawang.

Maka sang pawang terpaksa bekerja lebih keras untuk menggerakkan sang jailangkung yang saya pegang erat-erat agar tidak bisa bergerak. Setelah susah-payah berupaya menggerakkan jailangkung, sambil menyeka keringat sang pawang bilang agar saya memanggil arwah sanak keluarga saya agar merasuk masuk ke jailangkung.

Saya minta sang pawang memanggil arwah paman saya, Anwar Suprana. Tak lama kemudian sang jailangkung mengangguk-anggukan kepalanya yang dibuat dengan batok kelapa diberi hiasan mulut, hidung dan mata.

Berarti arwah pamah saya sudah masuk ke dalam ragawi sang jailangkung! Sang pawang berbisik agar saya bertanya kepada sang jailangkung. Demi tidak merusak suasana, sambil merasa geli di dalam hati, saya bertanya “Apakah kamu arwah paman saya, Anwar Suprana?”.

Jailangkung kemudian bergerak atau digerakkan demi menulis dengan supidol yang diikat pada sebuah tongkat yang diikat di dada jailangkung di atas selembar karton putih “Ya”. Pertanyaan saya selanjutnya “Kapan dan di mana saya dilahirkan?”.

Jawaban jailangkung “ 27 Januari 1949 di Denpasar”.

Tepat dan Benar

Bulu roma saya mulai berdiri akibat jawaban itu tepat! Saya makin penasaran lanjut bertanya “Bagaimana hasil ujian saya?”. Jailangkung menjawab “Kamu pasti lulus asal rajin belajar”.

Maka saya bertanya lebih personal “Apa makanan kegemaran saya?” Dijawab jailangkung juga secara tepat dan benar “Sate Kambing”.

Saya makin penasaran maka bertanya tentang apa warna favorit saya, apa lagu kesukaan, berapa ukuran sepatu saya, siapa nama ibu dan ayah saya dan berbagai hal bersifat pribadi yang ternyata semua dijawab secara tepat dan benar oleh sang jailangkung yang sudah berisi arwah paman saya tersebut.

Percaya

Akhirnya saya menyerah dan menyatakan bahwa kini saya percaya bahwa jailangkung memang mampu memanggil arwah.

Teman saya merasa puas maka sambil tersenyum lebar menepuk bahu sambil berkata “Nah, akhirnya kini kamu percaya tahayul!”.

Saya menganggukan kepala demi membenarkan bahwa saya kini percaya jailangkung berhasil memanggil arwah paman saya.

Dan diam-diam saya makin kagum karena pada saat itu sebenarnya paman saya masih dalam kondisi sehat-walafiat sambil segar-bugar karena sama sekali belum meninggalkan dunia fana ini.

Penulis adalah pembelajar fenomena supranatural
 




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana