Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SEKELOMPOK ilmuwan di Bangladesh telah mengembangkan kit pengujian senilai 3 dolar AS yang mereka klaim dapat mendeteksi virus corona dalam waktu kurang dari 15 menit.

Regulator farmasi negara Asia Selatan itu, Direktorat Jenderal Administrasi Obat-obatan (DGDA) telah memberikan lampu hijau untuk produksi massal kit tersebut pada Kamis pekan lalu. Mereka mengatakan bahwa produksi tersebut akan meringankan tekanan pada layanan patologi yang berjuang dengan deteksi virus corona.

Harian berbahasa Bangladesh terbesar Prothom Alo melaporkan pekan lalu bahwa hanya ada 1.732 alat tes tersedia di Bangladesh.

Selain itu, menurut laporan The Business Standard, pemerintah Bangladesh sejauh ini hanya menyiapkan 29 tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) untuk pasien virus corona atau Covid-19  di lima rumah sakit Dhaka.

Sebagian besar rumah sakit swasta yang memiliki fasilitas ICU menolak untuk menerima pasien dengan gejala yang bahkan ringan di tengah ketakutan akan virus tersebut.

Di tengah situasi tersebut, sekelompok ilmuwan di Gonoshasthaya-RNA Biotech Limited Bangladesh membuat kit pengujian virus corona yang diklaim mirip dengan yang dikembangkan pada Januari lalu oleh para ilmuwan di China ketika wabah virus corona semakin intensif di provinsi Hubei, China.

Dr Bijon Kumar Sil, pemimpin tim peneliti Bangladesh yang menemukan kit tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa alat tes mereka, yang dikenal sebagai 'tes dot blot', mencari antibodi dalam darah yang dibuat sebagai tanggapan terhadap virus yang diberikan.

"Virus corona atau semua jenis virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut atau mata, kemudian menempel pada sel-sel di tenggorokan yang menghasilkan protein," kata Sil.

Dia mengatakan virus terdiri dari kulit terluar protein, yang membawa DNA atau RNA virus, yakni kode genetik dengan instruksi untuk membuat salinan baru virus. Sel yang terinfeksi membaca RNA dan mulai membuat protein yang akhirnya menggandakan virus.

"Tetapi ketika infeksi berkembang di dalam sel manusia, sistem kekebalan manusia pada satu tahap menghasilkan antibodi spesifik dalam darah untuk melawan virus tertentu," katanya.

"Antibodi adalah salah satu senjata kunci melawan virus dalam gudang sistem kekebalan tubuh kita," sambungnya

"Tes dot blot kami mendeteksi antibodi spesifik dalam darah yang dibuat oleh sel darah putih sebagai tanggapan terhadap virus corona," klaimnya.

Dia menambahkan, bahwa tes antibodi menggunakan serum darah, air liur, dan sampel dahak untuk memberikan hasil dalam beberapa menit.

Dr Sil menemukan kit serupa untuk mendeteksi coronavirus SARS ketika bekerja di Singapura selama wabah penyakit pernapasan pada tahun 2003. Dia menyebut bahwa pemerintah China kemudian membeli paten kit yang dikembangkannya karena terbukti efektif dalam mendeteksi coronavirus SARS pada umumnya.

"Bagian terbaik dari kit cepat ini adalah murah (sekitar 3 dolar AS)," katanya,

Sementara itu, Dr Md Shajedur Rahman Shawon, peneliti di Pusat Penelitian Big Data di Kesehatan, Universitas New South Wales di Australia, mengatakan, 'tes dot blot' memiliki kelemahan.

Shawon mengatakan rapid kit mencari antibodi dalam darah yang diproduksi sebagai tanggapan terhadap infeksi oleh coronavirus, sedangkan RT-PCR mencari virus itu sendiri (melalui ekstraksi RNA) dalam spesimen pernapasan.

"Karena tes cepat bergantung pada adanya jumlah antibodi yang cukup dalam darah, faktor-faktor seperti waktu tes, infeksi sebelumnya, status kekebalan seseorang, reaksi silang dengan antigen lain, dapat menghasilkan hasil yang salah," katanya.




Banjir Bandang Lahar Dingin Terjang Sejumlah Wilayah Sekitar Gunung Marapi Sumbar, BNPB: Masyarakat Harus Waspada Bahaya Susulan

Sebelumnya

Jemaah Haji Tak Boleh Melepas Gelang dan Kalung Identitas Selama di Tanah Suci, Ini Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News