KOMENTAR

SURAH Al-Insyirah, surah ke-94 dalam Alquran yang turun di kota Mekkah, menceritakan bagaimana Allah Swt. memotivasi semangat dan perjuangan Rasulullah saw.

Namun pada ayat  7 dan ayat 8, ada dua perintah yang tak hanya ditujukan untuk Nabi Muhammad, tapi juga berlaku bagi umat Muhammad.

“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain) (7)” “Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap (8).”

Setidaknya ada dua pengertian dari dua ayat di atas. Pertama, jika kita telah selesai mengerjakan bermacam urusan dunia, kita harus bersungguh-sungguh untuk mengerjakan ibadah kepada Allah Swt. Ibadah yang dilakukan dengan hati yang tulus dan bersih demi mengharap ridhaNya. Jangan sampai urusan dunia yang belum diselesaikan atau tertunda mengganggu pikiran kita untuk fokus menjalankan ibadah.

Misalkan saja dalam hal kecil sehari-hari. Shalat bisa menjadi tidak khusyuk manakala hidangan sudah siap tersaji di meja makan. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasul bersabda, “Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada shalat bagi yang menahan (buang air kecil atau buang air besar).

Namun di sisi lain, kita juga tak boleh mengalahkan shalat dari kepentingan dunia. Ketika kita sibuk berkutat dengan laptop, lalu kita mendengar azan berkumandang, maka janganlah kita mengakhirkan shalat. Kita harus mampu mengistirahatkan sejenak pikiran kita untuk mengerjakan shalat pada waktunya (baca:  di awal waktu).

Kedua, dua ayat di atas menafsirkan tentang keutamaan shalat malam. Manakala semua urusan dunia telah dikerjakan, saatnya mendirikan qiyamul lail untuk bermunajat memohon ampunan dan keridhaan Allah.

Ketiga, tafsir tersebut adalah perintah untuk berdzikir dan berdoa setelah selesai mengerjakan shalat.

Dalam kehidupan kita sebagai manusia modern, perintah fanshab  (tetaplah bekerja keras untuk urusan lain) dan farghab (berharap) bisa kita maknai sebagai perintah untuk tidak bermalas-malasan.

Fanshab adalah perintah untuk tidak lelah mengaktualisasikan diri dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama. Jika satu urusan sudah selesai, janganlah kita bermalas-malasan untuk menyelesaikan urusan lainnya.

Fanshab juga sebuah motivasi untuk kita segera move on ketika kita terpuruk karena menghadapi suatu masalah dalam hidup kita. Sebuah perintah agar kita tidak lekas baper, mengutuk diri, atau berhenti dari beragam tanggung jawab kita di dunia. Inilah cambuk bagi umat Islam untuk selalu menjadi umat yang dinamis, bergerak tanpa henti dalam bekerja dan berdakwah.

Selanjutnya, setelah perintah fanshab telah menghasilkan pribadi yang tak lelah mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar, maka farghab adalah perintah untuk berserah diri dan berpasrah kepada Sang Khalik. Pada titik itulah, kita akan merasakan nikmatnya menjadi mukmin dan muslim yang dianugerahi kelapangan jiwa dan pikiran.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur