KOMENTAR

MENGADU mereka yang berambisi menjadi presiden untuk berdebat secara terbuka lewat siaran televisi memang secara ekonomis-bisnis sangat lukratif diperjualbelikan di pasar bebas sebagai produk industri hiburan. Meski secara psikopolitis, manfaat hasilnya bisa diperdebatkan.

Kemampuan

Kemampuan berdebat mungkin perlu untuk menjadi pengacara ulung atau anggota DPR, namun tidak terlalu relevan bagi seorang kepala negara. Yang dibutuhkan seorang kepala negara sebenarnya bukan keahlian berdebat, tetapi kemampuan secara menyeluruh menatalaksana suatu lembaga kepemerintahan yang luar biasa kompleks.

Meliputi anekaragam bidang mulai dari keamanan, ketertiban, kesejahteraan, keadilan, perumahan, kependudukan, kependidikan, keagamaan, sampai kemanusiaan.

Apalagi debat termasuk suatu kemampuan yang sulit bahkan mustahil diukur secara tepat, benar, dan baku. Seperti mengukur kemampuan seorang olahragawan saat berlari, melompat, melempar, atau mengangkat.

Prestasi olahraga memang lebih bisa diukur secara akurat berdasar kaidah ukuran yang telah disepakati bersama, ketimbang prestasi debat.

Hiburan

Adu debat pilpres merupakan produk mahakarya industri hiburan dipelopori oleh Amerika Serikat yang memang unggul dalam industri hiburan di planet bumi. Namun sebenarnya patetis alias menyedihkan campur menggelikan bagaimana masing-masing kelompok pendukung capres sibuk mengklaim bahwa tokoh junjungan mereka berhasil mengalahkan tokoh lawan politik masing-masing dalam adu debat.

Sehingga yang tampil pada kenyataan adu debat pilpres akhirnya tidak ada yang kalah, sebab semua (harus) menang. Yang lebih sibuk debat malah para pendukung dalam membela junjungan masing-masing.

Namun selama masyarakat masih senang menonton adu debat pilpres tentu sah-sah sajalah apabila adu debat pilpres yang sebenarnya mubazir untuk memilih capres yang baik tetap diselenggarakan di persada Nusantara tercinta ini.

Yang penting rakyat merasa terhibur dan pemilik perusahaan TV serta perusahaan penyelenggara adu debat bisa memetik keuntungan dana berlimpah dari kegiatan adu debat. Selaras semboyan pragmatisme plus kapitalisme sejati: Maju Tak Gentar, Membela Yang Bayar! MERDEKA!

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan dan Pusat Studi Kelirumologi.




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana