Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, tahun lalu memperkenalkan susu ikan di Kabupaten Indramayu/Foto: Handika Rahman
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, tahun lalu memperkenalkan susu ikan di Kabupaten Indramayu/Foto: Handika Rahman
KOMENTAR

PEMERINTAH baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto semakin serius menggali potensi susu ikan sebagai alternatif pengganti susu sapi untuk mendukung program "Makan Bergizi dan Susu Gratis." Program ini menargetkan 82,9 juta penerima manfaat, mulai dari anak sekolah hingga ibu hamil, namun menghadapi tantangan besar dalam ketersediaan susu sapi dalam negeri.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan susu nasional mencapai 4,3 juta ton per tahun, namun produksi lokal hanya mampu memenuhi 22,7 persen dari kebutuhan tersebut. Sebanyak 77,3 persen kebutuhan susu masih harus dipenuhi melalui impor. Untuk mengatasi defisit ini, pemerintah merencanakan impor satu juta ekor sapi perah hingga 2029, namun dalam waktu dekat, susu ikan bisa menjadi solusi sementara yang dipertimbangkan.

Mengapa Susu Ikan?

Penggunaan susu ikan muncul sebagai inovasi hasil kerja sama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) dalam rangka hilirisasi produk perikanan. Susu ini dibuat dari bahan baku ikan yang diolah menjadi Hidrolisat Protein Ikan (HPI), produk inovatif dari UMKM Berikan Bahari Indonesia.

Menteri KKP, Trenggono, menekankan pentingnya diversifikasi produk olahan perikanan, di mana susu ikan diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Selain memberikan nilai tambah bagi sektor perikanan, susu ikan menawarkan potensi besar dalam memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat.

Manfaat Gizi Susu Ikan untuk Mengatasi Stunting

Keunggulan utama susu ikan terletak pada kandungan nutrisinya yang sangat kaya. Kandungan EPA, DHA, Omega-3, serta tingkat penyerapan protein yang mencapai 96 persen, membuatnya menjadi sumber gizi yang ideal untuk anak-anak dan ibu hamil. Tidak hanya itu, susu ikan juga bebas alergen, menjadikannya alternatif yang lebih aman dibandingkan susu sapi.

Program Makan Bergizi dan Susu Gratis ini diharapkan dapat membantu mengatasi stunting, masalah pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang. Dengan asupan protein hewani yang memadai dari susu ikan, diharapkan kasus stunting di Indonesia bisa berkurang secara signifikan.

Tantangan Produksi dan Potensi Masa Depan

Meskipun susu ikan terlihat menjanjikan, skala produksinya masih menjadi tanda tanya besar. Mengingat besarnya kebutuhan dalam program susu gratis, pemerintah perlu memastikan bahwa produksi susu ikan mampu memenuhi permintaan yang besar setiap harinya. Jika berhasil, susu ikan tidak hanya akan menjadi pengganti susu sapi tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional, memperluas akses masyarakat terhadap sumber gizi berkualitas, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Penggunaan susu ikan sebagai alternatif adalah salah satu contoh inovasi yang dapat mendorong Indonesia menuju swasembada pangan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sumber daya alam yang melimpah.




Juncenter Berikan Layanan Prima untuk Atasi Berbagai Permasalahan Uroginekologi Perempuan

Sebelumnya

6 Strategi Kemendikbudristek Menurunkan Angka Buta Aksara di Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News