Salah satu jaringan minimarket di Malaysia/Facebook KK Mart
Salah satu jaringan minimarket di Malaysia/Facebook KK Mart
KOMENTAR

PENGADILAN Malaysia mendakwa lima eksekutif dari sebuah jaringan minimarket dan pemasoknya dengan tuduhan menghina agama pada Selasa (26/3) setelah beberapa pasang kaus kaki bertuliskan kata "Allah" dijual di salah satu tokonya.

Kasus ini mendapat kecaman dari raja Malaysia yang menyerukan penyelidikan dan tindakan tegas terhadap pihak mana pun yang terbukti bersalah.

Foto-foto kaus kaki tersebut tersebar di media sosial, memicu kemarahan publik karena sebagian umat Islam menganggapnya sebagai penghinaan, terutama karena penjualan kaus kaki tersebut dilakukan selama bulan puasa Ramadan.

Dilaporkan AFP, Kepala Eksekutif Jaringan lokal KK Super Mart Chai Kee Kan dan istrinya yang menjabat sebagai direktur perusahaan, didakwa "dengan sengaja bermaksud menghina agama" di negara berpenduduk mayoritas Muslim, menurut lembar dakwaan pengadilan.

Tiga pejabat dari pemasok Xin Jian Chang didakwa bersekongkol dalam dugaan kejahatan tersebut. Semuanya mengaku tidak bersalah atas dakwaan tersebut dan menghadapi hukuman penjara maksimal satu tahun atau denda atau keduanya jika terbukti bersalah.

KK Super Mart telah meminta maaf atas kaus kaki tersebut, dengan mengatakan pihaknya menganggap serius masalah tersebut dan segera menghentikan penjualan.

Pemasok Xin Jian Chang juga telah mengeluarkan permintaan maaf, dengan mengatakan kaus kaki yang bermasalah itu adalah bagian dari pengiriman 18.800 pasang kaus kaki yang dipesan dari sebuah perusahaan yang berbasis di China.

Namun disebutkan bahwa hanya ada lima pasang kaus kaki yang bertulis “Allah”.

Wakil Jaksa Penuntut Umum Masri Mohamad Daud mengatakan kepada wartawan bahwa sidang berikutnya akan diadakan pada 29 April. Saat ini, kelima eksekutif tersebut dibebaskan dengan jaminan.

Diketahui bahwa Islam adalah agama resmi di Malaysia, dan Muslim Melayu berjumlah lebih dari dua pertiga dari total 34 juta penduduk negara itu.

Ras dan agama adalah masalah pelik di negara yang menjadi saksi kerusuhan rasial yang mematikan pada tahun 1969 itu.

Sultan Ibrahim Sultan Iskandar dalam tegurannya pekan lalu mengingatkan masyarakat Malaysia untuk memastikan keharmonisan sosial dengan tidak membahas isu-isu sensitif mengenai agama, ras, dan keluarga kerajaan.

Sultan menegaskan bahwa kesalahan terkait agama dan ras tidak bisa dibiarkan baik disengaja atau tidak, demikian dilansir CNA.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News