AJANG Clash of Champions Season 2 kembali menyita perhatian publik dengan kehadiran para peserta luar biasa dari berbagai kampus ternama di Indonesia. Salah satu nama yang mencuri perhatian dan menjadi sorotan utama adalah Shafa Annisa Rahmadani Arianata, mahasiswi Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dijuluki sebagai "Grandmaster Memory".
Namanya mencuat setelah ia berhasil menghafal 208 kartu dalam tantangan memorisasi yang kompleks. Prestasi tersebut tidak hanya menakjubkan, tetapi juga menunjukkan konsistensinya sebagai peserta unggulan yang siap bersaing dalam berbagai tantangan berikutnya.
Kemampuan luar biasa Shafa di bidang memori bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Sejak tahun 2014, ia telah aktif mengikuti berbagai kompetisi memory sport tingkat nasional hingga internasional. Bahkan, di usia yang masih sangat muda, Shafa telah berhasil meraih gelar International Grand Master of Memory dan Grand Master of Memory pada tahun 2017—sebuah pencapaian yang hanya diraih oleh segelintir orang di dunia.
Koleksi medalinya pun sangat mengesankan. Hingga kini, Shafa telah mengoleksi sekitar 180 medali, yang membuktikan dirinya sebagai salah satu atlet memori paling berprestasi. Tak hanya itu, ia juga pernah mempertahankan posisinya sebagai peringkat pertama dalam National Memory Rankings.
Di luar prestasinya di bidang memori, Shafa juga dikenal memiliki kecakapan tinggi dalam bidang sains. Ia pernah meraih Juara 1 Olimpiade Sains Nasional Provinsi DI Yogyakarta bidang Biologi pada tahun 2021, yang membuktikan bahwa kekuatan memorinya juga didukung oleh pemahaman ilmiah yang mendalam.
Nama Shafa semakin jadi sorotan nasional lewat ajang Clash of Champions Season 2 yang dimulai pada 29 Juni 2025. Pada episode 4, ia tampil sangat memukau dengan aksi memorisasi yang cepat dan tepat. Dalam waktu singkat, ia mampu menghafal 208 kartu secara sempurna. Penampilan tersebut sukses membuat para penonton terpukau akan kecerdasannya dalam berpikir cepat dan akurat.
Meskipun kompetisi berlangsung di bawah tekanan tinggi, Shafa tetap tampil percaya diri dan tenang. Ia membuktikan bahwa kemampuan mengingat dalam hitungan detik merupakan keunggulan yang krusial dalam ajang kompetisi sekelas Clash of Champions.
KOMENTAR ANDA