Ketum JMSI Teguh Santosa (ketiga kanan) bersama peserta Belt and Road Journalists Forum (BRJF) di Ganzhou, China. (Ist)
Ketum JMSI Teguh Santosa (ketiga kanan) bersama peserta Belt and Road Journalists Forum (BRJF) di Ganzhou, China. (Ist)
KOMENTAR

PERAN wartawan dan jurnalisme berkualitas semakin penting dan dibutuhkan di tengah perubahan dunia yang cepat dan berbagai konflik terbuka yang kompleks saat ini.

Bagaimana pun juga, kebenaran adalah salah satu elemen terpenting yang harus diperjuangkan wartawan. Begitu juga informasi yang akurat dan berorientasi pada penghormatan nilai-nilai kemanusiaan.

Jurnalisme berkualitas harus menjadi arus utama di saat platform digital dipenuhi berbagai informasi yang dapat menyesatkan dan memperburuk ketegangan.

Demikian antara lain disampaikan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa yang sedang berada di Ganzhou, Provinsi Jiangxi, Tiongkok, untuk menghadiri Belt and Road Journalists Forum (BRJF) yang diselenggarakan Belt and Road Journalists Network (BRJN) dan International Home of Journalists (IHJ).

"Seperti world wide web (www) yang lebih dahulu kita kenal, Instagram, Facebook, TikTok, Twittet atau X, dan berbagai aplikasi social network services (sns) lainnya adalah platform. Apa pun platform yang digunakan wartawan untuk mendiseminasi informasi, prinsip-prinsip emas dan etika jurnalistik harus tetap dijaga dan dipelihara," ujar Teguh dalam keterangan yang diperoleh Farah.id, (16/7).

Dia menambahkan, teknik membuat reportase menjadi menarik juga penting untuk dipelajari. Tetapi tidak bisa hanya sekadar untuk viral serta menjadi trending topic dan "for your page" (fyp) kaidah jurnalistik diabaikan.

"Di era disrupsi kita mesti memberikan perhatian ekstra pada dampak pemberitaan dan informasi. Jangan sampai informasi yang diproduksi wartawan menjadi kontraprodukrif dan bahkan destruktif," ujar mantan anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini.

BRJF diselenggarakan sejak tahun 2017. Teguh Santosa yang ketika itu adalah Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat merupakan perwakilan Indonesia dalam pertemuan pendirian BRJN di Beijing.

BRJF 2025 dengan tuan rumah Asosiasi Wartawan Seluruh Tiongkok atau All China Journalists Association (ACJA) mengambil tema "Mempromosikan Dialog Peradaban dan Modernisasi Global Melalui Kekuatan Jurnalis" dihadiri wartawan dari 100 negara lebih.

"Tema ini sejalan dengan kekhawatiran melemahnya peran wartawan dan jurnalisme berkualitas di tengah badai disrupsi informasi. Semoga ini memacu kita semua, komunitas wartawan dunia, menghasilkan karya pers yang berorientasi kesejahteraan bersama dan perdamaian dunia," pungkas Teguh Santosa.




Komisi I DPR Panggil Google, Meta, dan TikTok Bahas Kontribusi Ekonomi untuk Ekosistem Digital Indonesia

Sebelumnya

Bukan Solusi, Tapi Pengasingan: Liga Arab Kecam Rencana Israel Bangun ”Kota Kemanusiaan” di Gaza

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News