Warga Gaza mengakses air bersih di pengungsian. (AP)
Warga Gaza mengakses air bersih di pengungsian. (AP)
KOMENTAR

DI tengah konflik berkepanjangan di Jalur Gaza, air—sumber kehidupan yang seharusnya menjadi hak dasar setiap manusia—kini berubah menjadi alat penindasan.

Kantor media pemerintah Gaza menyampaikan tuduhan bahwa tentara Israel menggunakan air sebagai senjata perang, dengan lebih dari 700 warga Palestina, sebagian besar anak-anak, tewas saat mencoba mengakses air bersih sejak Oktober 2023.

“Israel terus melancarkan perang kehausan yang sistematis dan disengaja terhadap rakyat Palestina,” ujar pernyataan tersebut, dikutip Anadolu (15/7). Palestina menyebut tindakan ini sebagai pelanggaran mencolok terhadap konvensi internasional dan nilai-nilai kemanusiaan.

Data yang dirilis menunjukkan bahwa sejak serangan dimulai, 112 insiden kekerasan terjadi saat warga Gaza mengambil air. Pada Minggu lalu, 12 orang, termasuk delapan anak, tewas tertembak saat mengantre air di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah.

Lebih dari 720 sumur air dilaporkan dihancurkan, merampas akses air bersih bagi sekitar 1,25 juta penduduk. Pemblokiran terhadap pasokan bahan bakar pun berdampak besar: sumur air, sistem pembuangan limbah, dan fasilitas kebersihan tak lagi berfungsi, menyebabkan penyebaran penyakit, terutama pada anak-anak.

Gaza kini menghadapi bukan hanya perang, tetapi juga kelaparan dan krisis sanitasi. Penutupan jalur bantuan sejak Maret 2025 memperburuk keadaan bagi 2,4 juta penduduk yang terjebak dalam blokade.

Di tengah derita ini, seruan terus bergema dari berbagai penjuru dunia: agar kekerasan dihentikan, bantuan kemanusiaan dibuka, dan hak-hak paling dasar rakyat Gaza—seperti air, makanan, dan keselamatan—dikembalikan.




Tak Ada Batas Rawat Inap 3 Hari, BPJS Kesehatan Jamin Hak Peserta Tetap Terlindungi

Sebelumnya

BMKG: Waspada Suhu Panas Hari Ini, Sejumlah Daerah Capai 33°C

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News