Ilustrasi Ratu Kalinyamat/Net
Ilustrasi Ratu Kalinyamat/Net
KOMENTAR

Memperingati Hari Pahlawan Nasional yang jatuh pada setiap 10 November, Pemerintah Indonesia seperti biasa akan memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada sosok yang dinilai telah memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan. 

Tahun ini, Presiden Joko Widodo akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh yakni, Ida Dewa Agung Jambe (Bali), Bataha Santiago (Sulawesi Utara), Mohammad Tabrani Soerjowitjirto (Jawa Timur), KH Abdul Chalim (Jawa Barat), dan KH Ahmad Hanafiah (Lampung) serta Ratu Kalinyamat (Jawa Tengah).

Ratu Kalinyamat adalah satu satunya tokoh perempuan yang pada 10 November besok mendapat gelar Pahlawan Nasional. 

Terlahir sebagai putri Sultan Trenggana, Retno Kencana memang telah mewarisi semangat jihad yang sebelumnya dimiliki mujahidin Demak seperti Sultan Trenggana, Dipati Unus alias Pangeran Sabrang Lor dan Raden Fattah, Ratu Kalinyamat digambarkan sebagai tokoh wanita yang cerdas, berwibawa, bijaksana, dan pemberani. 

Kebijaksanaan dan kemampuannya mengelola pemerintahan tercermin dalam peranannya sebagai Adipati Jepara yang wilayahnya mencakup Kudus, Pati, Rembang dan Blora.

Ratu Kalinyamat menikah dengan ulama yang juga yang merupakan putra Sultan Ibrahim dari Aceh,  Sayyid Abdurrahman Ar Rumi yang kemudian diberi gelar sebagai Pangeran Hadirin.

Dari pernikahannya dengan Pangeran Hadirin, Ratu Kalinyamat tidak memiliki keturunan. Tetapi keduanya mengasuh beberapa anakyang salah satunya adalah adik Ratu Kalinyamat sendiri, Pangeran Timur.

Pernikahan keduanya terjadi pada 1549 dan tidak berlangsung lama. Hal itu dikarenakan Pangeran Hadirin wafat terbunuh oleh utusan Arya Penangsang. Peristiwa itu terjadi tatkala Pangeran Hadirin usai menghadiri upacara pemakaman kakak kandungnya, Sunan Prawoto yang juga tewas di tangan Arya Penangsang.

Ratu Kalinyamat pun membalas pembunuhan itu dengan melawan Arya Penangsang. Dalam beberapa kitab menyebutkan, sebelum akhirnya dilantik sebagai penguasa Jepara, Ratu Kalinyamat sempat melakukan samadi di Gelang Mantingan. Selanjutnya Ratu kalinyamat juga bersamadi di Desa Danarasa, lalu berakhir di tempat Donorojo, Tulakan, Keling Jepara. 

Penobatan Ratu Kalinyamat terjadi dengan ditandai adanya sengkalan Trus Karya Tataning Bumi, yang diperhitungkan sama dengan tanggal 12 Rabiul Awal atau 10 April 1549. Trus Karya Tataning Bumi yang dituliskan di banyak gapura di Jepara itu kemudian menjadi awal mula peringatan hari jadi Kota Jepara pada tahun 1989.

Setelah pelantikan Ratu Kalinyamat pafa 10 April 1549 itu, Jepara semakin berkembang menjadi Bandar terbesar di pantai utara Jawa, dan memiliki armada laut yang besar serta kuat.

Kecakapan Ratu Kalinyamat dalam bidang politik serta kedekatannya dengan kelompok ulama mampu memadamkan gejolak internal di Demak paska wafatnya Sultan Trenggana. 

Konflik internal Demak bermula ketika Perebutan tahta terjadi antara keturunan Pangeran Sekar dengan Sultan Trenggono. Hingga akhirnya Pangeran Prawata, putra dari Pangeran Trenggono, membunuh Pangeran Sekar. 

Arya Penangsang, putra Pangeran Sekar berusaha menuntut balas atas kematian ayahnya, sehingga ia berusaha untuk menumpas keturunan Sultan Trenggono.

Ia juga mendapat dukungan secara penuh dari gurunya Sunan Kudus. Arya Penangsang dituduh telah banyak melakukan kejahatan dan pembunuhan terhadap keturunan Sultan Trenggono. Ia menyuruh Rangkut untuk membunuh Sultan Prawata. Sultan Prawata tewas bersama permaisurinya pada 1549. Ia kemudian membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat.

Peperangan antara Pajang dan Jipang tidak dapat dihindari. Dalam peperangan tersebut Arya Penangsang terbunuh. Pertempuran pun dimenangkan oleh pihak Pajang. Setelah kematian Arya Penangsang, Retno Kencana resmi dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat.

Ratu Kalinyamat diperkirakan memimpin Jepara selama 30 tahun, mulai 1549 sampai 1579.Selama itulah setelah menjadi janda Ratu Kalinyamat dalam hidupnya digunakan mensejahterakan masyarakat Jepara dan berdakwah Islam di wilayah pantai utara pulau Jawa.

Pada periode selanjutnya, Ratu Kalinyamat berhasil menjadikan Jepara sebagai sentral ekonomi bagi keraton Demak. 

Sebelumya pada masa kesultanan Demak, Jepara memang selalu lebih disukai daripada Demak sebagai teluk yang aman dengan tempat yang sangat strategis yang terletak di utara pesisir Pulau Jawa yang bisa menghubungkan antara pelabuhan di Rembang, Pati dan juga sebagai pelabuhan yang dengan mudah dapat dijadikan tempat perdagangan dengan daerah-daerah lain seperti Maluku, Ambon, Aceh sebagai bandar penghubung wilayah pedalaman Jawa.

Namun setelah kekalahan dalam perang di laut melawan Malaka pada 1512-1513 pada masa pemerintahan Pati Unus, menyebabkan kegiatan ekonomi Jepara nyaris hancur. kemerosotan ekonomi semakin menjadi ketika wilayah Kesultanan Demak menjadi ajang pertempuran antara Arya Penangsang dengan keturunan Sultan Trenggono.

"Rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame,"

Kalimat itu dituliskan para pelaut Portugis untuk menggambarkan keperkasaan Ratu kalinyamat di laut. 

"Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani" kenang para pelaut Portugis yang telah menyisir hampir semua samudera di muka bumi ini. 

Ratu Kalinyamat bukan hanya perempuan yang mampu menyelesaikan perkara domestik dan internal Demak. Akan tetapi, dalam sepanjang sejarah kemaritiman Indonesia, Ratu Kalinyamat telah meninggalkan jejak fantastis mengenai keterlibatan perempuan Jawa yang menjaga kedaulatan maritim Nusantara.




Memaknai Hakikat Perempuan Hebat dari Sosok Mooryati Soedibyo: Empu Jamu Indonesia hingga Menjadi Wakil Rakyat

Sebelumnya

Mooryati Soedibyo Tutup Usia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women