Ilustrasi hubungan indah suami dan istri/Shutterstock
Ilustrasi hubungan indah suami dan istri/Shutterstock
KOMENTAR

KISAH indah ini dikutip dari Kitab Shahih Bukhari:

Dari Atha’ bin Abi Rabah katanya, aku bersama Abdullah ibnu Umar dan Ubaid ibnu Umair mengunjungi Aisyah di rumahnya. Beliau berada di belakang tabirnya, sambil bertanya, “Siapa kalian?” 

Mereka menjawab, “Abdullah ibnu Umair dan Ubaid ibnu Umair.” 

Aisyah berkata, “Hei, engkau Ubaid!” 

Seterusnya mereka meminta agar Aisyah menceritakan hal yang paling beliau kagumi dari Rasulullah Saw. 

Aisyah berkata, “Wahai kagumnya aku, tiada pernah aku melihat mengenai diri beliau, (Aisyah menangis, deras sekali air matanya dan kemudian melanjutkan), segala sesuatu selalu menimbulkan rasa kagumku.

Suatu waktu di malam hari, beliau mendatangiku, padahal aku sudah berada di ranjangku. Beliau masuk bersamaku, sehingga kulit kami bersentuhan. Lalu beliau berkata, ‘Wahai Aisyah, izinkanlah aku untuk beribadah bagi Tuhanku Azza wa Jalla.’ 

Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku ingin selalu di dekatmu dan aku menyukai menyenangimu.”

Setelah itu Rasulullah Saw berdiri dan pergi mengambil air wudu dengan menggunakan air yang tersedia di kendi air yang terbuat dari kulit (qirbah), yang terletak dekat rumah. Setelah itu beliau membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an. Beliau menangis, sehingga aku yakin air matanya menetes membasahi tanah.

Dari petikan kisah di atas, kita dapat memahami betapa air mata suami juga bisa menjadi sejarah romantisme. Itu bukan air mata derita, melainkan deraian air mata suci. Setelah salat malam, ketika membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, maka tanah pun basah oleh kucuran air mata Rasulullah.

Aisyah menyadari betapa lembut hati sang suami. Hanya hati yang bersih mampu mengalirkan air mata suci saat berhadapan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Betapa banyak orang yang membaca ayat-ayat kitab suci, tetapi yang diperolehnya hanyalah kehampaan. Sebab hati mereka tidak mampu hadir dalam kesucian.

Lantas, apa yang menjadi kenangan bagi kita para istri terhadap suami?

Ketika dirinya menghadiahkan barang mewah? Saat suami mengajak liburan ke luar negeri? Apabila suami mendampingi shopping dengan dana unlimited? Beragam kenangan setiap istri terhadap suaminya. Beda perempuan beda pula yang terpatri di hatinya. 

Namun, ada baiknya para istri bersatu dalam menanamkan kenangan yang manis yang berhubungan dengan Ilahiah. Istri dapat memulai dengan mengamati sedalam apakah kualitas iman dan Islam yang bertakhta di sanubari suami. 

Ketika suami sangat mencintai Tuhannya, maka tidak akan sulit baginya mencintai dan menjaga kesetiaan terhadap istri yang merupakan amanah Ilahi. Kenanglah aspek-aspek spiritual suami, belajarlah mencintai kelembutan hatinya tatkala berhadapan dengan Tuhannya. Itulah sebaik-baiknya bekal pernikahan. Percayalah, selama masih ada Tuhan di hati suami istri, insyaAllah perjalanan rumah tangga akan terjaga oleh penjagaan Ilahi.

Kisah cinta yang suci dan mendalam sering kali melampaui batas-batas materi dan duniawi. Sebuah hubungan yang didasarkan pada spiritualitas, penghargaan terhadap kelembutan hati, dan kesetiaan terhadap nilai-nilai Ilahi, menciptakan pondasi cinta yang kokoh dan abadi. 

Dalam petikan kisah tentang Rasulullah Saw dan Aisyah, kita menyaksikan betapa air mata suci dapat menjadi bagian dari romantisme yang tulus dan mendalam sehingga memberikan kenangan terindah dalam hubungan suami-istri. 

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa kenangan indah dalam pernikahan bukanlah hanya tentang barang-barang mewah atau liburan mewah. Kenangan yang sejati adalah ketika suami dan istri bersama-sama tumbuh dalam spiritualitas mereka, saling menghargai dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan menuju Tuhan.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur