Jenny Yohana Kansil bersama penulis buku
Jenny Yohana Kansil bersama penulis buku "Jejak Inovatif Desainer & Pendiri Instituto Di Moda Burgo Indonesia", Asteria Elanda/Farah
KOMENTAR

FASHION IS ART. Fesyen adalah sebuah karya seni, di mana Sang Desainer bisa bermain dengan imajinasinya sebebas mungkin. Sebagai fashion art, sangat baik apabila memiliki keinginan untuk membuat sebuah karya seni yang limited collection, agar orang yang memilikinya benar-benar menghargai karya tersebut.

Melihat begitu indahnya seni dari sebuah fesyen, di mana ‘pemiliknya’ dapat berekspresi dengan gaya apapun, membuat seorang Jenny Yohana Kansil banting stir dari seorang businesswomen menjadi fashion design.

Jenny, berangkat adri seorang perempuan yang sukses di bidang keuangan. Di usianya yang baru menginjak angka 20-an, dia terbilang sudah sangat mapan. Namun, ada dorongan yang begitu kuat sehingga dirinya memilih untuk meninggalkan karirnya tersebut.

“Kala itu saya melihat ini (karir di bidang keuangan) bukan minat saya. My passion is fashion. Saya kemudian mencoba mencari tempat belajar untuk menyalurkan passion saya tersebut, tapi kok saya tidak menemukan yang cocok. Pernah saya berpikir, mungkin fesyen memang bukan keahlian saya, karena susah sekali untuk menggambar detil per detil dari desain yang saya buat,” kata dia saat ditemui Farah.id di lauching buku biografinya, di La Moda Café Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (30/8).

Merasa tidak puas dengan apa yang didapatnya, akhirnya Jenny memutuskan untuk terbang ke Eropa. Dari situ, ia menemukan sebuah institut desain yang sangat cocok dan membuatnya yakin bahwa fesyen adalah passionnya. Kemudian, ia memulai karir fesyennya dari nol di sana.

Buku biografi milik Jenny Yohana Kansil/Farah

Setelah sukses merintis karier, ibu satu anak ini pulang ke Tanah Air dan membagikan ilmunya dengan mendirikan Instituto Di Moda Burgo Indonesia pada 2011. Sebuah sekolah mode desain internasional yang pionirnya berada di Milan, Italia.

Instituto Di Moda Burgo Indonesia telah meluluskan hampir seribu siswa dan melahirkan desainer-desainer berkualitas. Nama-nama seperti Julianto, Benita & Janice, Maquinn, dan Tities Saputra, tidak pernah berhenti meramaikan panggung fesyen internasional.

Tidak berhenti sampai di situ, Jenny berhasil membawa Batik Durian khas Lubuklinggau, Sumatera Barat, di Emerging Talents Milan Fashion Show 2021. Dan setahun kemudian, Jenny berhasil meraih penghargaan The Genius of Gianni Versace Award di Milan, 21 September 2022.

Perjalanan hidup Jenny yang menarik ini dituangkan dalam sebuah buku biografi berjudul Jenny Yohana Kansil: Jejak Inovatif Desainer & Pendiri Instituto Di Moda Burgo Indonesia.

Buku setebal 168 halaman ini ditulis oleh Asteria Erlanda, yang telah melahirkan banyak karya seperti Angelina Sondakh: Kecantikan Bukan Modal Utama Saya, 7 Kilometer: Seruas Perjalanan Verawati Basri, Ermey Trisniarty: Dapur Cokelat Bercerita, dan Prita Kemal Gani: 30 Tahun sebagai Pendidik.

“Keberanian adalah aset berharga. Termasuk berani bermimpi, berani gagal, dan berani mencoba kesempatan yang paling sulit,” demikian kalimat inspiratif Jenny yang dijadikannya sebagai pembuka buku.




Anggota DPR Termuda Annisa Mahesa: Siap Menggunakan Privilege untuk Bermanfaat bagi Rakyat

Sebelumnya

Greta Thunberg, Konsisten Bersuara dan Beraksi untuk Atasi Masalah Perubahan Iklim

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women