Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

FINALISASI kehidupan manusia di dunia ini ditandai dengan fase sakaratul maut. Kendati sudah berada di ujung perjalanan hidup, janganlah pernah lengah, di garis finish inilah setan paling agresif bergerak. Dlam kondisi tiada berdaya, manusia rentan sekali digelincirkan oleh hasutan makhluk halus tersebut. 

Mustofa Murod dalam buku Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi (2015: 162) mengungkapkan, apabila hamba menjelang kematiannya, dua setan duduk di dekatnya. Yang satu ada di samping kanan, dan yang lain di samping kiri.

Setan yang di kanan berwujud seperti ayahnya. Ia berkata kepada, "Nak, dahulu aku begitu sayang dan cinta kepadamu. Namun, aku mati dalam agama Nasrani dan itu adalah agama yang terbaik." 

Sementara setan yang di kiri berwujud seperti ibunya. Ia berkata kepadanya, "Nak, dahulu perutku menjadi wadah bagimu, susuku menjadi minuman bagimu, dan pahaku menjadi kasur bagimu. Namun, aku mati dalam agama Yahudi dan itu adalah agama yang terbaik.”

Pada saat-saat terakhir seseorang menjelang kematian, dirinya akan menghadapi ujian spiritual yang genting. Setan semakin keras memengaruhi orang yang terbujur lemah itu agar meninggalkan keyakinan agama dan menggoda mereka untuk murtad.

Syaikh Mahmud al-Mishri dalam bukunya Tamasya ke Negeri Akhirat (2007: 221) menjelaskan, ketika kematian datang, setan semangat membujuk manusia itu tidak lepas darinya. Dapatlah kita bayangkan, betapa dramatis situasinya. Tujuannya jelas sekali, setan ingin menjerumuskan manusia kepada kesesatan yang nyata di penghujung hayatnya.

Dari itulah, sampai kapanpun jangan pernah terpedaya oleh bujuk rayu setan. Semanis apapun yang ditawarkannya tetap saja yang disuguhkan setan hanyalah racun kehidupan yang akan berujung kepada kehancuran. Kita hanya boleh percaya dengan apa yang dijanjikan Allah dan Rasulullah semata. 

Di antara modal berharga untuk menghadapi godaan ini, tercantum di dalam Al-Qur’an, surat Ali Imran ayat 8, yang artinya:

“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” 

Ayat mengandung doa yang baik sekali untuk diamalkan oleh segenap kaum muslimin. Doa ini berisikan permohonan kepada Allah Swt supaya dilindungi dari kesesatan dan diberikan petunjuk-Nya serta rahmat-Nya. Perlindungan Tuhan akan sangat ampuh dalam menangkal hasutan setan hingga di penghujung hayat.

Ketika seseorang menjalani sakaratul maut, di saat nyawa hampir meninggalkan tubuh, setan akan menggempur dengan hasutan jahat agar manusia berpaling dari Allah. Setan ingin memastikan bahwa manusia tersebut mati dalam keadaan kafir.

Sungguh buruk sekali perangai setan, bahkan kita pun tidak tega melakukan hal demikian kepada musuh yang sudah sekarat. Tapi setan tidak mengenal prikemanusiaan. Sebagai makhluk terkutuk, setan memang berbuat kekejian tanpa pandang bulu. Setan justru melihat peluang besar menyesatkan manusia di saat mereka sedang sekarat.

Setan memang tidak bisa dipegang. Perkataannya, perbuatannya, bujuk rayunya adalah menyesatkan semua. Lebih baik kita percaya dengan apa yang diterangkan oleh Al-Qur’an, hanya kepada Allah kita memohon perlindungan, agar tidak digelincirkan oleh setan. 

Sebuah kisah menarik dikutip oleh Syaikh Mahmud al-Mishri (2007: 222): Abdullah, anak Imam Ahmad bercerita, saya hadir saat bapakku Ahmad wafat sedang tampak perca kain yang dikatub rapat dengan dua rahangnya. Dia jatuh pingsan, lalu sadar kembali dan tampak berbicara, “Tidak akan, tidak akan.” 

Diucapkannya berkali-kali, sehingga saya pun bertanya kepadanya, “Wahai bapakku, apakah yang tampak olehmu?”

Bapak menjawab, “Sesungguhnya setan berdiri di atas sepatuku, menjepit jari-jarinya, sambil berkata, ‘Hai Ahmad, biarkan saya.’ Saya katakan, ‘Tidak akan, tidak akan, sampai saya mati.”

Hendaknya setiap umat Islam sadar akan adanya upaya setan dalam menggoda dan menyesatkan hingga di detik-detik terakhir hidup mereka. Oleh sebab itu, perlindungan Allah sangat dibutuhkan, di samping kita istikamah dalam keimanan hingga di penghujung hayat.

Setan bukanlah untuk ditakuti. Karena sejatinya manusia beriman jauh lebih tangguh daripada makhluk halus itu. Insyaallah, kita akan kuat dengan kesiapan iman untuk berhadapan dengan setan hingga di detik-detik kritis penghujung kehidupan. 

Sungguh buruk nasib seseorang yang sepanjang hayatnya istikamah dalam menjalankan ajaran Islam, tapi di penghujung hayatnya malah disesatkan oleh setan. Jangan pernah tergelincir apalagi di garis finish kehidupan dunia ini.




Ana Khairun Minhu

Sebelumnya

Hubbu Syahwat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur