Ilustrasi creative learning/Pixabay
Ilustrasi creative learning/Pixabay
KOMENTAR

SUDAHKAH Sahabat Farah mendengar tentang Reggio Emilia Approach (REA)?

REA adalah sebuah pendekatan yang diterapkan dalam konteks pendidikan anak usia dini. Melansir laman Parents, pendekatan ini diutamakan untuk bayi hingga usia pra sekolah.

Asal mula REA bisa dibilang tidak biasa, dari sebuah kota dengan nama yang sama, Reggio Emilia, di Italia. Pada tahun 1945 usai Perang Dunia II, kota Reggio Emilia mulai menata kembali kehidupannya, termasuk membangun sekolah berikut konsep filosofi pendidikan yang akan digunakan.

Loris Malaguzzi, seorang pendidik yang sekaligus psikolog, berperan dalam perkembangan filosofi Reggio Emilia. Ia mempelajari pendekatan pendidikan lain dari belahan dunia lainnya untuk bisa menguatkan pendekatan Reggio Emilia.

Reggio Emilia Approach (REA) berprinsip pada teori konstruktivisme. Teori ini meyakini bahwa anak sebagai seorang pembelajar menentukan sendiri pengetahuan yang ingin ia ketahui, membangun dan mencari tahu ilmunya, dan bukan hanya sekadar menerima ilmu baru dari orang lain seperti guru atau orang tua.

REA bukanlah sebuah kurikulum melainkan filosofi yang membantu anak mengembangkan diri dengan beradaptasi sesuai dunia yang dibentuk si anak. Bahkan sejatinya, filosofi REA bisa diterapkan sebagai pembelajaran untuk semua usia.

Berbeda dengan lingkungan pendidikan tradisional, di mana anak diminta duduk diam mendengarkan guru menerangkan, di lingkungan yang menerapkan Reggio Emilia anak akan dibiarkan menentukan apa yang ingin mereka pelajari. 

Dari pemilihan ini, akan lahir proyek yang dilakukan anak sendiri dan difasilitasi oleh guru dan orang tua. Proyek ini tidak dapat ditentukan akan berlangsung berapa lama. 

Sebagai contoh, salah satu murid tertarik dengan kain warna-warni yang sudah disediakan sebelumnya oleh guru atau fasilitator. Ketertarikan ini kemudian mencetuskan ide dari anak untuk membuat tenda.

Awalnya eksplorasi anak tersebut masih bermain bebas dengan tenda yang sudah dibuat. Namun minggu berikutnya, anak bisa menentukan tenda warna-warni ini disulap menjadi salon. Anak pun mengeksplorasi dirinya dengan bermain peran menjadi pemilik sekaligus hair stylist di salon buatannya. 

Cara ini mengundang anak untuk mencari hal apa yang membuat mereka penasaran dari kisah di buku. Berikutnya anak akan menentukan sendiri eksplorasi yang dipilih, dan belajar dari apa yang dipilihnya, seperti meramu herba, melukis, bersembunyi dalam tenda, dan hal menarik lainnya.

Jika sudah begini, anak akan terus tertantang untuk mengembangkan kemampuan dirinya.




Memilih Alpukat yang Tepat untuk Disantap

Sebelumnya

Tak Perlu Dicuci, Ini Cara Membersihkan Daging Sebelum Dimasak

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Family