Masjid Quba sebagai pusat kegiatan umat/ Net
Masjid Quba sebagai pusat kegiatan umat/ Net
KOMENTAR

KEPERGIAN Rasulullah berhijrah menjadi pukulan telak terhadap kaum Quraisy. Berbagai muslihat keji hendak menghabisi nyawa beliau pun tidak berhasil sama sekali. Ke seluruh penjuru sudah dicari tapi tak kunjung ditemukan, Nabi Muhammad seperti lenyap ditelan bumi.

Hingga kemudian, terdengarlah suara keras yang menggambarkan keberadaan Rasulullah, yang membuat gentar kaum musyrikin Quraisy. Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam buku Sirah Nabawiyah (1997: 195-197) menerangkan:

Pada saat itu terdengar suara nyaring di Mekah, yang bisa didengar penduduk Mekah, namun mereka tidak tahu siapa yang mengucapkannya. Suara itu adalah:

Allah penguasa ‘Arsy melimpahkan pahala terbaik

dua orang yang lemah lembut lewat di tenda Ummu Ma'bad

mereka melanjurkan perjalanan setelah singgah barang sejenak

sungguh beruntunglah orang yang selalu menyertai Muhammad

ceritakanlah apa yang disingkirkan Allah dari kalian

karena perbuatan orang-orang yang tidak mendapat balasan.

Asma binti Abu Bakar berkata, “Kami tidak tahu ke arah mana Rasulullah pergi. Lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki layaknya jin yang muncul di dataran rendah di Mekah, sambil melantunkan bait-bait syair ini. Sementara orang-orang bisa mendengar dan mencari jejaknya, namun mereka tidak bisa melihat siapa yang mengucapkannya. Bahkan suara itu juga muncul dari dataran Mekah yang tinggi. Tatkala kami mendengarnya, maka tahulah kami bahwa Rasulullah sudah berjalan ke arah Madinah.

Sejarah mencatat betapa mulianya peran Asma binti Abu Bakar yang gagah berani mengantarkan perbekalan makanan dan minuman ke Gua Tsur. Bahkan gadis itu membelah dua sabuk pinggangnya demi mengikat perbekalan hijrah Rasulullah. Keberangkatan Nabi Muhammad dan Abu Bakar diiringinya dengan rangkaian doa, meski gadis itu tidak tahu kondisi beliau selanjutnya.

Namun, dengan bergemanya suara nyaring itu membuat hati Asma menjadi tenang. Perempuan itu menyadari Rasulullah dan Abu Bakar tengah dalam perjalanan menuju Madinah. Gadis itu pun berharap Rasulullah sampai dengan selamat ke negeri hijrah.

Lain halnya bagi musyrikin Quraisy, mereka gentar dengan suara misterius yang bergema nyaring seakan mengepung penjuru Mekah. Akan tetapi, peringatan itu tidak kunjung menyadarkan mereka untuk mengakhiri penyembahan berhala. Mereka masih saja merancang muslihat pembunuhan, tak tanggung-tanggung sayembara hadiah 100 ekor unta terus digemakan, sehingga menarik perhatian Suraqah bin Malik.

Moenawar Khalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 (2001: 441) menceritakan:

Selanjutnya, tatkala perjalanan Nabi saw. dan Abu Bakar sampai di suatu dusun yang bernama Qudaid, dekat Rabih, tiba-tiba perjalanan mereka diketahui oleh seorang penduduk dusun itu yang pernah mengenal wajah Nabi dan Abu Bakar. Dengan segera, orang itu melaporkannya kepada kepala kabilahnya yang bernama Suraqah bin Malik al-Mudlij.

Ketika itu Suraqah tengah duduk di hadapan kaumnya. Maka, orang yang datang itu menuturkan kepada Suraqah, “Ya Tuanku, baru-baru ini aku melihat dari jauh di tepi laut pada tempat ini dan ini, terlihat titik-titik hitam yang menandakan kendaraan unta. Menurut dugaanku, barangkali itulah kendaraan Muhammad dan sahabatnya, yang baru Tuan cari.”

Suraqah menyahut, “Ah, bukan! Itu sekali-kali bukan Muhammad dan sahabatnya, tetapi yang kamu lihat itu adalah si Fulan dan si Fulan (Suraqah menyebutkan beberapa nama) yang baru saja lewat melalui sini. Mereka itu hendak mencari barang-barangnya yang hilang di tengah jalan.”

Sesungguhnya, kata-kata Suraqah itu hanya pura-pura karena di dalam hatinya ia berkata, "Barangkali itulah kendaraan-kendaraan Muhammad dan kawannya." Akan tetapi, karena ia ingin sekali memperoleh hadiah seratus ekor unta itu. 

Abu Bakar berkata, “Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Dan, sekaranglah kita tentu tertangkap oleh musuh.”

Nabi saw. bersabda, “Hai sahabatku, jangan bersusah hati karena Allah beserta kita, bukan?”

Terbukti benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah, saat mendekati Nabi Muhammad malah Suraqah terpental disebabkan kaki kudanya terpuruk ke dalam tanah. Dia kembali menaiki kuda hingga hampir saja mendekati Rasulullah. Saat itulah kedua kaki bagian depan kuda Suraqah terperosok ke tanah hingga sampai ke kedua lutut. Suraqah jatuh terpental.

Dia terus berusaha agar kudanya bergerak. Kudanya bangun, hanya saja tidak bisa mengeluarkan kedua kaki bagian depannya. Setelah kudanya berdiri dengan tegak, pada kedua kaki depannya terdapat bekas debu berkilau seperti asap. Suraqah pun memanggil-manggil keduanya dan berjanji tidak akan menyerang. Nabi Muhammad dan Abu Bakar datang menolong Suraqah.

Kemalangan yang menimpanya membuat Suraqah bin Malik menyadari kesalahannya yang hendak menyakiti utusan Tuhan. Lelaki itu pun menyerahkan segenap perbekalannya kepada Rasulullah. Namun, ditolak oleh Nabi Muhammad yang hanya memintanya merahasiakan perjalanan hijrah beliau ke Madinah.

Dalam perjalanan pulangnya, Suraqah bertemu dengan para pemburu Quraisy yang akan menangkap Nabi Muhammad. Suraqah berkata, “Aku tidak mendapatkan kabar apapun. Aku sudah mencari-cari di sekitar sini, kalian tidak perlu lagi mencari-cari.” Ucapan itu membuat para algojo Quraisy mengurungkan pengejaran di daerah tersebut.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah