Ilustrasi perbedaan pendapat tentang pola asuh anak/Net
Ilustrasi perbedaan pendapat tentang pola asuh anak/Net
KOMENTAR

SEBETULNYA, perbedaan dalam rumah tangga tidak selalu buruk. Beberapa perbedaan yang ada pada pasangan justru membuat satu sama lain melabuhkan hati.

Maksudnya, seseorang yang kurang mampu mengelola finansial akan memilih menikah dengan pujaan hatinya yang memang pandai dalam hal tersebut. Atau, orang yang kurang rapi akan memilih orang yang rapi untuk memandunya hidup lebih baik.

Tapi, lagi-lagi perbedaan pendapat tidak bisa dihindarkan. Memang terlihat sepele, tapi jika terus-menerus terjadi hal ini akan membuat pasangan menjadi lelah. Seperti berjalan sendiri di atas tali dan berusaha untuk bertahan. Padahal, hubungan itu seperti jalan dua arah yang akhirnya akan bertemu di tengah.

Penyebab konflik tidak putus ini adalah ekspektasinya yang besar dalam hubungan, kompromi yang tidak berjalan dengan baik, atau pengalaman masa lalu.

Yang sebaiknya dilakukan setiap pasangan agar hubungannya tetap sehat adalah bukannya menyamakan semua hal, tetapi menerima, memahami, dan berkompromi.

Terkadang kita memerlukan orang lain untuk menjadi penengah guna membantu menyelesaikan masalah atau membantu dalam hal yang lain. Bisa juga meminta bantuan psikolog.

Saling bicara

Idealnya, suami istri itu perlu berdiskusi tentang pengasuhan anak, bahkan sebelum si anak lahir. Tapi tidak ada kata terlambat, Ayah Bunda bisa memulai pembicaraan paling mendasar tentang pengalaman pengasuhan yang didapat dari orangtua.

Sebab, pengasuhan di masa anak-anak akan memengaruhi cara Bunda dan suami memandang sesuatu hingga dalam hal pengasuhan.

Kompromi

Dari proses saling bicara dan saling mendengarkan, tentu ada perbedaan pandangan yang muncul. Di sinilah perlunya kompromi. Sepakatilah titik temu dan buat aturan bersama.

Hasil dari kompromi tersebut adalah sebuah pedoman bersama, yang bisa diterapkan bersama pula dalam pengasuhan anak.

Konsekuensi dan konsisten

Hasil dari kompromi tersebut harus disepakati bersama dan itu perlu sebuah konsekuensi. Tidak harus keras, tapi efektif. Konsistenlah untuk menerapkan konsekuensi tersebut. Jangan hanya karena Ayah dan Bunda melanggar, anak jadi akan meremehkan aturan yang sudah disepakati bersama.

Begitulah Bunda, tidak selamanya perselisihan atau perbedaan pendapat dan pandangan diakhiri dengan konflik, bahkan perpisahan. Karena pada awalnya, Bunda memilih Ayah untuk dijadikan pasangan hidup lantaran adanya perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan.




Kembali Beraktivitas Pascalibur Lebaran, Simak Tips Bekerja Efektif dan Lebih Fresh ala POCO

Sebelumnya

Viral Kabar Anak Kecil Dipaksa Orang Tuanya Nonton Film Siksa Kubur di Bioskop, Ini Masukan dari Praktisi Pendidikan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family