Ilustrasi subvarian KRAKEN/Net
Ilustrasi subvarian KRAKEN/Net
KOMENTAR

MESKI Covid-19 tidak seganas sebelumnya, namun mutasi virus tersebut masih saja terjadi. Mutasi baru virus Corona ini dinamai KRAKEN. Memang tidak lebih ganas dari Omicron varian pertama, tapi disebut-sebut memiliki kekuatan penularan yang sangat cepat.

Varian baru ini sudah mengacak-acak kenyamanan warga Amerika Serikat. Bahkan Gedung Putih merilis, diawal kehadirannya, KRAKEN mencatatkan angka kasus positif sebesar 4 persen. Jumlah tersebut mengalami peningkatan tajam menjadi 40 persen dalam waktu satu pekan.

“Ini adalah subvarian yang paling menular yang telah terdeteksi. Alasannya adalah mutasi yang ada dalam subvarian Omicron ini yang memungkinkan virus ini menempel pada sel dan menggantinya dengan mudah,” kata pemimpin teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove.

Mengapa disebut KRAKEN?

Istilah KRAKEN berasal dari mitologi dan cerita rakyat Skandinavia. KRAKEN digambarkan sebagai monster laut yang agresif dan mampu menghancurkan apapun di sekitarnya.

Nah, Covid-19 KRAKEN merupakan sebutan untuk subvarian Omicron XBB.1.5. Yang memberi nama adalah profesor biologi Kanada Dr Ryan Gregory, karena berpotensi menyebabkan gelombang Covid besar berikutnya.

KRAKEN punya sifat escape strain atau menghindari imunitas dan penularannya sangat tinggi dibandingkan varian mauoun subvarian lainnya. Karena itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan masyarakat yang melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat terbang, untuk memakai masker.

Gejala subvarian KRAKEN

Memang tidak ada peneliti yang mengatakan bahwa KRAKEN akan menimbulkan gejala yang parah, namun virus ini diyakini sangat mudah menular.

Adapun ciri-ciri atau gejala yang dialami seseorang yang terinfeksi subvarian KRAKEN adalah:

  • Tenggorokan gatal.
  • Sakit tenggorokan.
  • Nyeri punggung bawah.
  • Hidung meler/tersumbat.
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan.
  • Bersin.
  • Keringat malam.
  • Pegal-pegal.
  • Batuk tanpa dahak.
  • Batuk berdahak.
  • Suara serak.
  • Kemampuan indera penciuman berubah.
  • Sakit dan nyeri otot.

Hingga saat ini, subvarian anyar KRAKEN kasusnya belum ditemukan di Indonesia. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi, memastikan hal itu.

“Dominasi infeksi masih berasal dari XBB, BQ.1, BA.5 dan BF.7. Belum terdeteksi saat ini (KRAKEN). Kita memperkuat surveilans genomik dan kasus baru. Jadi, sangat disarankan tetap memakai masker ketika sakit,” demikian Siti Nadia Tarmizi.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News