Kondisi pasien COVID-19 di Shanghai (4/1/2023)/ Reuters
Kondisi pasien COVID-19 di Shanghai (4/1/2023)/ Reuters
KOMENTAR

MELONJAKNYA kasus COVID-19 di sejumlah wilayah di China setelah pelonggoran lockdown diberlakukan tak hanya meresahkan warga negara itu tapi juga menimbulkan kekhawatiran baru di antara masyarakat global.

Banyak negara kembali memperketat kebijakan kedatangan warga negara asing. Sejumlah negara bahkan mulai melarang warga China berkunjung ke wilayah mereka.

Melihat kondisi terkini, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Rabu (4/1/2023) menyatakan keprihatinannya terhadap cara China menangani pandemi COVID-19.

Menurut seorang pejabat senior WHO pada hari sebelumnya, data COVID-19 yang dimiliki pemerintah China tidak memberikan gambaran yang akurat tentang situasi di sana, termasuk jumlah rawat inap dan kematian akibat penyakit tersebut.

Data dari China menunjukkan bahwa tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di sana, namun China juga tidak menyebutkan berapa banyak orang yang meninggal dalam wabah COVID-19 yang menyebar dengan cepat.

Xinhua melaporkan pemerintah China akan menambah distribusi obat-obatan dan memenuhi permintaan dari institusi medis, panti jompo dan daerah pedesaan di tengah lonjakan infeksi COVID-19.

China juga akan memastikan pasokan komoditas tersedia di pasar dengan harga yang stabil selama Tahun Baru Imlek mendatang.

Kegelisahan global telah berkembang terkait keakuratan pelaporan China tentang wabah yang telah memenuhi rumah sakit dan membuat beberapa rumah duka kewalahan sejak Beijing tiba-tiba membatalkan kebijakan Zero COVID-nya.

Badan PBB merilis data yang disediakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, sehari setelah pejabat WHO bertemu dengan para ilmuwan China. Diketahui, China melaporkan kematian akibat COVID setiap hari dalam angka tunggal.

Mike Ryan, Direktur Kedaruratan WHO, mengatakan kepada media bahwa angka saat ini yang dikeluarkan dari China kurang mewakili rawat inap, pasien unit perawatan intensif, dan (terutama) kematian.

Berangkat dari persoalan tersebut, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memaparkan bahwa timnya sedang mencari data yang lebih cepat dan teratur dari China tentang rawat inap dan kematian.

"WHO prihatin dengan risiko yang dihadapi warga China dan telah menegaskan kembali pentingnya vaksinasi, termasuk dosis penguat untuk melindungi dari rawat inap, penyakit parah, dan kematian," kata Dirjen WHO.




Protes 28 Pegawai Berujung Pemecatan: Desak Google Putuskan Kontrak Kerja Sama dengan Israel

Sebelumnya

Israel Luncurkan Serangan Balasan, Iran: Isfahan Baik-Baik Saja

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News