Keluarga, terutama orangtua, memiliki peran penting dalam membantu menyembuhkan gangguan mental pada anak/Net
Keluarga, terutama orangtua, memiliki peran penting dalam membantu menyembuhkan gangguan mental pada anak/Net
KOMENTAR

SEBUAH penelitian mengungkap fakta mengejutkan, bahwa sebanyak 2,45 juta jiwa remaja di Indonesia terdiagnosa sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Penelitian dilakukan oleh dr Amirah Ellyza Wahdi, MSPH, Peneliti Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah mada (UGM) menemukan fakta tersebut dalam riset ilmiahnya.

Studi Amirah dilakukan bersama para peniliti dari University of Queensland dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan telah dimuat dalam laporan riset bertajuk Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), yang diterbitkan pada Oktober 2022.

Dalam survey ditemukan, dari 5.664 responden, sebanyak 5,5 persen (309 remaja) terdiagnosis mengalami dua atau lebih gangguan mental dalam 12 bulan terakhir, mengacu pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V) keluaran American Psychological Association.

Ini artinya, 1 dari 20 remaja Indonesia masuk kategori ODGJ. Remaja yang masuk dalam kriteria ini sudah mengalami hendaya atau gangguan fungsi di ranah sosialnya.

Faktor keluarga jadi penyebab utama

Ada banyak faktor yang bisa membuat anak terkena gangguan mental, termasuk keluarga, lingkungan sekitar, teman sebaya, genetik, dan beberapa faktor lainnya.

1. Gangguan fungsi pada ranah keluarga

Menurut penelitian, gangguan fungsi pada ranah keluarga memiliki porsi terbesar, yaitu 83,9 persen. Gangguan ini terjadi ketika anak dengan gangguan mental bisa menyebabkan friksi atau perpecahan di keluarga. Misalnya, ketika orangtua tidak memahami anak, memaksakan kehendak demi memuaskan ego, dan berucap kasar.

2. Gangguan fungsi pada ranah teman sebaya

Posentasenya juga besar, yaitu 62,1 persen. Gangguan ini bisa menyebabkan anak sulit bersosialisasi dengan teman dan lingkungannya. Akibatnya, banyak terjadi bullying, prestasinya menurun, stres, dan depresi, hingga mengganggu kejiwaan si remaja.

Gangguan lainnya adalah sekolah atau pekerjaan (58,1%) dan distres personal (46,0%).

“Anak ini sebenarnya pintar, bagus, tapi dia memiliki gangguan cemas sehingga tidak bisa berprestasi. Ujiannya gagal, kemudian tidak bisa bekerja dengan perform yang optimal. Ketika gangguan cemas ini terus diadopsi dan disertai dengan depresi, ini bisa menjadi pencetus bunuh diri,” kata Amirah.

Mengatasi gangguan mental pada remaja

Mengatasi gangguan mental ini tidak semudah mengobati luka tertusuk jarum. Ini masalah kompleks yang melibatkan banyak pihak, mulai dari orangtua, masyarakat, sekolah, hingga pemerintah.

Pandangan masyarakat terhadap masalah hangguan mental yang masih tabu, membuat fenomena ini seperti gunung es. Sejumlah pihak masih menilai gangguan mental sebagai kelakukan remaja saja, lebay, atau hormonal saja.

“Ini salah, karena kemungkinan ada akar permasalahan di sana, ada gejala gangguan mental yang menyertainya,” ujar Amirah.

Gangguan mental adalah masalah nyata. Jika tidak ditangani dengan baik, bisa menjadi katastrophe untuk masa depan Indonesia. Sebab, gangguan mental seumur hidup berawal dari gangguan mental saat remaja atau dewasa muda.

Oleh karena itu, perlu edukasi menyeluruh, mulai dari orangtua, masyarakat, guru, dan remajanya sendiri. Sehingga, orangtua bisa lebih aware dan memahami masalah anaknya.

Pemerintah juga perlu melakukan support kepada orangtua, sehingga mereka tahu apa yang harus dikerjakan ketika anaknya dicurigai mengalami gangguan mental.

“Dan, balik lagi, hal yang mungkin perlu saya tekankan adalah bahwa gangguan mental itu bukan sesuatu yang perlu ditakutkan. Kalau terdiagnosis, ya tidak apa-apa. Semakib banyak yang terdiagnosis, bukan berarti hal yang menggembirakan, tapi merupakan satu Langkah lebih maju untuk mendapatkan support yang dibutuhkan,” demikian Amirah.




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting