SI kecil kini bukan lagi anak kecil. Memasuki tahun ajaran baru, banyak anak yang kini menapaki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) setelah lulus dari SD.
Masa transisi ini bukan hanya soal pergantian sekolah, tetapi juga menandai peralihan dari dunia anak-anak menuju praremaja. Perubahan ini kerap membawa tantangan baru, baik secara emosional, sosial, maupun perilaku. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting.
Anak praremaja mulai membangun identitas diri dan mencari pengakuan dari lingkungan sosialnya. Mereka menjadi lebih sensitif terhadap penilaian teman, lebih ingin mandiri, dan mulai meniru gaya bicara atau perilaku yang dianggap "keren".
Tak jarang, mereka terdorong mengikuti pergaulan yang belum tentu positif, seperti berbicara kasar atau bersikap tidak sopan.
Agar anak tidak mudah terbawa arus negatif, orang tua perlu memperkuat komunikasi dua arah. Dengarkan cerita anak tanpa menghakimi, beri ruang bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan. Tunjukkan bahwa orang tua adalah tempat aman untuk bercerita.
Selain itu, orang tua perlu memberi contoh nyata dalam bersikap. Anak cenderung meniru perilaku yang mereka lihat setiap hari. Tanamkan nilai sopan santun sejak di rumah, dan jangan lelah mengingatkan batasan yang sehat.
Pantau pergaulan anak tanpa bersikap terlalu mengekang. Ajak mereka berdiskusi soal pertemanan sehat, cara menghadapi tekanan teman sebaya, serta pentingnya menjaga tutur kata.
Tak kalah penting pula untuk melibatkan anak dalam kegiatan positif yang membentuk karakter, seperti organisasi sekolah atau kegiatan keagamaan.
Masa praremaja adalah waktu emas untuk membentuk pondasi kepribadian anak. Dengan bimbingan yang sabar, penuh kasih, dan konsisten, orang tua bisa membantu anak menjalani masa transisi ini untuk menjadi manusia dewasa berkarakter kuat di kemudian hari.
KOMENTAR ANDA