KOMENTAR

LONG Covid atau gejala Covid-19 yang tidak hilang meski penyintasnya telah dinyatakan sembuh, seringkali menjadi perdebatan. Selama ini, untuk mengetahui apakah seseorang mengalami long covid atau tidak, dilihat dari seberapa lama gejala-gejala serupa dialami pasca dinyatakan sembuh dari Covid.

Gangguan kesehatan ini tidak hanya dialami sedikit penyintas. Karena itu, long Covid berpotensi untuk menjadi perhatian lembaga kesehatan global ke depannya. Jadi, diperlukan sebuah sarana deteksi akurat untuk memastikan keadaan pasien dengan long covid.

Dan rencananya, September ini, negara-negara di Eropa akan kedatangan alat tes diagnostik untuk mengetahui apakah seseorang itu mengalami long Covid atau tidak.

Selama ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya berpatokan pada gangguan medis yang muncul pasca infeksi, dengan durasi yang dipatok antara 2 hingga 3 bulan setelah munculnya gejala.

Adapun gejala-gejala tersebut adalah kelelahan, sesak napas, gangguan daya ingat, nyeri dada, batuk membandel, kesulitan berbicara, nyeri otot, penurunan kemampuan indra penciun dan perasa, depresi atau kecemasan, dan demam.

Adalah sebuah perusahaan analisis molekul asal Amerika Serikat, IncellDx, yang melakukan penelitian pada Juni 2021. CEO IncellDx Bruce K Patterson mengatakan, gejala-gejala long Covid sering disalahartikan sebagai kondisi lain serupa. Inilah mengapa kemudian sarana untuk mendiagnosis long Covid sangat diperlukan.

Dari studi inilah, kemudian IcellDx percaya diri dan merilis tes darah untuk meneliti keparahan long Covid. Alat itu bernama IncellKINE Long Covid In Vitro Diagnostic. Bersyukur, alat ini sudah memenuhi persyaratan relevan mengenai kinerja dan keamanan, sesuai standar Uni Eropa.

Izin CE-IVD ini disahkan setelah IncellKINE diakui akurasinya lebih dari 90 persen mendeteksi strain SARS-Cov-2. Jadi, alat diagnostik ini siap digunakan di negara-negara dunia yang mengakui label CE-IVD, mulai September 2022.

Harapannya, dengan kehadiran alat diagnostik tersebut, pasien long Covid bisa langsung mendapatkan penanganan yang tepat, sehingga tidak menjadi malapetaka baru bagi penyintas Covid-19.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News