Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

JUMPA alumni sedang diliput keceriaan; gelak tawa tiap sebentar membahana. Maklum, mereka ini tengah dinaungi cerita-cerita kesuksesan; nasib mereka telah banyak berubah, serempak menuju era nan cemerlang.

Tiba-tiba suasana jadi tercekat tatkala obrolan tanpa sengaja beralih kepada beberapa rekan yang telah lebih dulu menghadap Tuhan.

“Kok bisa ya meninggal duluan?”

“Orang baik memang cepat dipanggil Tuhan.”

“Nah, kita?”

“Kita ini banya dosa, masih lama ajalnya.”

Gelak tawa pun kembali membahana, seiring dengan berbagai makanan minuman lezat terus mengalir di hadapan.

Pulang ke rumah masing-masing, di antara mereka mulai terpikir kapan panggilan Tuhan datang menyapa; kapan giliran mereka menghadap Ilahi?

Apabila sakit menjadi pertanda kematian, hampir semua mereka pernah mampir di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) atau mendekam di rumah sakit. namun, hingga kini mereka masih saja hidup dan beredar di persada bumi.

Lalu, apakah yang menjadi tanda-tanda ajal telah teramat mendekat?

Kematian itu tetaplah akan menjadi misteri Ilahi, dan tidak seorang pun yang mengetahui dengan pasti kapan ajal mendatanginya. Namun, jangan lupa kalau tanda-tanda ajal kian mendekat itu sudah ada lho!

Jamal Ma'mur Asmani dalam buku 7 Malam Pertama di Alam Kubur (2018: 60) menerangkan:
Tanda-tanda kematian orang beriman telah diungkapkan oleh Rasulullah saw. melalui hadisnya, sebagaimana hadis yang datang dari Buraidah, dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Orang mukmin mati dengan keluar keringat di dahinya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)

Diriwayatkan dari Salman al-Farisi. Ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Perhatikanlah tiga perkara pada mayat di waktu kematiannya; jika keluar peluh di dahinya, berlinang air matanya, dan melebar kedua lubang hidungnya, maka itu adalah rahmat dari Allah yang turun kepadanya. Jika ia mendengkur seperti unta yang tercekik, pucat warnanya, dan berbusa mulutnya, maka itu adalah siksaan dari Allah Ta'ala yang telah menimpanya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim).

Petunjuk dari Rasulullah di atas merupakan tanda-tanda kalau ajal sudah teramat dekat, bahkan malah terlalu dekat. Mungkin, boleh dikatakan sudah terlambat untuk menyadari segalanya apabila tanda-tanda ajal macam itu yang datang menyapa.

Kenapa bisa dikatakan terlambat?

Ya, apabila tanda-tanda macam itu yang sudah tiba, manusia tidak punya kesempatan lagi mengumpulkan bekal di negeri akhirat. Pergi jalan-jalan sehari saja kita bisa sibuk menyiapkan bekal berhari-hari, apalagi untuk kehidupan abadi di akhirat yang bekalnya tentulah perlu banyak.

Selain memang penting memahami tanda-tanda ajal sudah teramat dekat, perlu juga mengetahui pertanda ajal lainnya, yang mana tanda-tanda ini masih memberi kita kesempatan mempersiapkan perbekalan diri.

Jangan hanya memahami tanda-tanda ajal sudah teramat dekat, ketika nyawa sudah di kerongkongan saja. Karena, ada pertanda lain dari dekatnya ajal kita yang dapat dijadikan bahan penyadaran diri.

Cukuplah kematian itu menjadi nasihat bagi kita semua. Setiap kali mendengar kabar kematian, tiap kali mengusung jenazah, tiap kali melayat, semua itu adalah tanda bahwa giliran kita sudah dekat.

Namun, inilah tanda-tanda ajal yang insyaAllah masih memberi kita kesempatan dalam memperbaiki diri dan memperbanyak bekal di negeri akhirat. Dan yang paling utama, kita pun akan selalu mengingat kematian diri sendiri.

Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman dalam buku Irsyadul Ibad (2021: 38) menerangkan:
Mengingat kematian itu merupakan sebuah kepastian bagi setiap makhluk hidup di muka bumi, maka selayaknya ia selalu diingat selamanya. Sebab, di dalam mengingat kematian terdapat faedah introspeksi diri terhadap perbuatan baik maupun buruk yang telah dilakukan di masa lalu.

Dengan mengingat kematian, jiwa akan menjadi tenang dan memberi motivasi untuk mempersiapkan bekal berupa amal-amal saleh, dan menjauhi segala perbuatan buruk.

Jika jiwa seseorang telah melampaui batas, lalai dan terus menerus berbuat maksiat serta kejahatan, maka mengingat kematian dapat menyadarkannya dari kesesatan dan kezalimannya, serta menghalanginya dari perbuatan sia-sianya.

Surat Ali Imran ayat 185, yang artinya, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.”




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur