Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Dilihatnya ke sekeliling pasar, orang lalu lalang,  dan teman-teman sesama penjual tempe di sisi kiri dan kanannya mulai pada berkemas pulang. Mereka pun berpamitan ke Nenek itu, karena tempenya telah laku terjual.  

Kesedihan Nenek itu mulai memuncak, dia merasa sendirian. Diingatnya dia belum pernah mengalami hal ini.  Dirunutnya proses pembuatan tempe yang dia lakukan sehari sebelumnya. “Rasanya gak ada yang salah dengan cara membuatnya, tapi kenapa kali ini tempenya belum jadi. Lalu bagaimana saya makan hari ini? Sementara beras di rumah habis” gumamnya.

Di tengah kebingungan itu , sebuah tangan menepuk pundaknya dengan lembut.

Nenek itu memalingkan wajahnya ke samping, seorang wanita anggun dan cantik, berusia paruh baya tengah tersenyum dan berkata :”Nenek maaf, apakah Nenek punya tempe yang masih belum jadi?”

“ Saya bingung, sudah beberapa kali mengitari pasar ini, mencari tempe yang seperti itu, tapi tak ada yang menjualnya. Apakah Nenek punya?” ujar wanita cantik itu lagi.

Nenek penjual tempe itu pun terkejut, dia tak percaya ada yang mencari tempe yang belum jadi.
Dada nenek itu pun bergetar, tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut, ia menengadahkan tangannya : ”Yaa Allah, saat ini hamba tidak ingin tempe itu jadi terlebih dahulu. Jangan Engkau kabulkan doa hamba yang tadi. Biarlah masih berupa tempe yang belum jadi.”

Dia pun mengambil beberapa buah tempe, namun dengan ragu diletakkan kembali tempe itu.
“Jangan-jangan tempenya sudah jadi.” begitu gumamnya.

“Bagaimana Nek? Apakah ada tempe yang saya maksud? tanya perempuan itu lagi.

Kepanikan melanda nenek itu. “Aduh bagaimana ini? Tolonglah Yaa Allah, jangan jadikan tempe ya Allah.”

Dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe tersebut. Dan ternyata...

Di balik daun yang hangat, nenek itu melihat tempe yang masih sama seperti sebelum dirinya berangkat ke pasar.

“Alhamdulillah!,” serunya dengan gembira.

Segera tempe itu diberikan kepada wanita cantik itu.

Segera dia angsurkan tempe itu kpd si pembeli. “Ibu mau berapa tempenya?”

“Saya beli semuanya saja Nek”

Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada wanita paruh baya itu.

“ Ibu kenapa mencari tempe yang belum jadi? Tempe ini kan belum bisa di masak.”

“Oo, anak saya yang kuliah di luar negeri kangen makan tempe buatan Indonesia. Kebetulan besok saya mau berangkat mengunjunginya. Jadi saya mencari tempe yang belum jadi agar sampai sana tempenya masih enak dimakan.”

Selesai membungkus tempe, wanita cantik itu kembali bertanya :” Jadi berapa semuanya Nek?”

“ Terserah Ibu mau bayar berapa. Lha wong tempenya belum jadi Bu.”

“Uhm.. kalau tempennya sudah jadi berapa harganya, Nek?,” wanita itu pun berpikir

“Wah kalau sudah jadi sekitar 100 ribu, Bu.” Jawab si Nenek.

“Ini saya kasih 200 ribu ya Ibu, yang 100 ribu untuk tempenya dan yang 100 ribu lagi ucapan terimakasih saya, karena kalau tidak ada tempe yang belum jadi, anak saya pasti kecewa, karena tidak bisa makan tempe asli Indonesia.”

Nenek itu pun tertegun, dia terharu, lisannya berucap Alhamdulillah. Dia pun pulang ke rumah dengan hati bahagia.

Kisah Nenek ini menyiratkan pesan untuk tidak berputus asa dan berburuk sangka kepada Allah Subhanahuwata’ala ketika berdoa. Seringkali kita berdoa dan “memaksa” Allah untuk memberikan sesuatu sesuai dengan keinginan kita. Disaat doa kita tidak sesuai dengan keinginan kita, muncul perasaan bahwa doa kita tidak dikabulkan-Nya, kita merasa kecewa, sendiri dan diabaikan. Sementara ternyata ,sementara Allah memiliki cara-Nya sendiri untuk menjawab doa kita.




Ana Khairun Minhu

Sebelumnya

Hubbu Syahwat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur