Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PADA suatu hari yang sangat terik dan panas , Harun Al-Rasyid, seorang khalifah pada jaman Abbasiyah, tahun 786-809 M merasa sangat resah dan gelisah, ia sedang mengalami kejenuhan. Akhirnya Harun Al-Rasyid mengundang seorang ulama ahli hikmah yang bernama Abu Sammak untuk datang ke istananya.

Tidak lama kemudian Abu Sammak pun datang.

Setelah Abu Sammak duduk, Harun Al Rasyid pun berkata :”Aku sedang merasa gelisah, tolong berilah aku nasihat, agar aku bisa beribadah dengan lebih baik.”

Sebelum sang ahli hikmah berbicara, Harun Al-Rasyid meminta pelayannya mengeluarkan dua gelas air putih. Satu untuk Harun Al-Rasyid dan yang satu untuk sang ahli hikmah.

Karena cuaca sedang sangat panas, Harun Al Rasyid pun bergegas mengambil air tersebut.

Tiba-tiba sang ahli hikmah menahannya sambil berkata :”Tunggu sebentar, saya mau bertanya terlebih dahulu.”

“Silakan,” kata Harun Al-Rasyid dengan penuh rasa heran.

“Jika anda sedang berada dalam keadaan sangat haus, di tengah cuaca yang sangat terik dan tenggorokan sangat kering sedemikian hausnya, jika tidak segera mendapat air minum anda akan meninggal, namun anda benar-benar kesulitan untuk mendapatkan segelas air, maka apa yang akan anda lakukan?,” tanya sang ahli hikmah.

“Akan saya umumkan, bagi yang memiliki segelas air, akan saya tukar dengan separuh wilayah kekuasaan saya, agar nyawa saya selamat,” jawab Harun Al-Rasyid tanpa ragu-ragu.

“Anda benar,” kata sang ahli hikmah.

Lalu Harun Al-Rasyid dan sang ahli hikmah minum air yang sudah disediakan tersebut. Setelah itu, sang ahli hikmah bertanya lagi : ”Jika segelas air yang anda minum barusan, membuat anda ingin buang air kecil, namun ternyata anda tidak mampu buang air kecil, dan ternyata kondisi itu berkembang menjadi penyakit parah yang bila tidak segera diobati anda akan meninggal, apa yang akan anda lakukan?”

Harun Al-Rasyid mantap menjawab : “Jika keadaannya demikian, maka saya akan umumkan kepada masyarakat, bila ada dokter ataupun tabib yang mampu membuat saya sehat seperti sediakala, bisa buang air kecil dengan mudah, maka saya akan hargai jasanya dengan separuh wilayah kekuasaan yang tersisa. Apalah gunanya kemegahan dan kekayaan ini jika saya tidak bisa buang air kecil.”

“Maka tidaklah anda menyadari, betapa kecil dan lemahnya diri kita ini? Segelas air bisa membuat kita menyerahkan seluruh kekayaan, demi bisa mendapatkan segelas air minum dan dapat buang air kecil,” kata sang ahli hikmah. Mendengar nasihat tersebut, Harun Al-Rasyid, sang khalifah pun menangis tersedu-sedu. Ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil di hadapan Allah Subhanahuwata’ala.

Masya Allah, nasihat yang diberi oleh sang ahli hikmah sangat benar. Banyak sekali karunia Allah yang sering kita abaikan, makanan dan minuman yang beragam serta anggota tubuh yang sempurna sering kita anggap remeh keberadaannya. Padahal jika dirupiahkan berbagai nikmat itu sungguh tak ternilai.

Banyak diantara kita ketika berada dalam kondisi sehat dan berkecukupan tidak menghargai keberadaan air, bahkan cenderung melakukan keborosan dalam menggunakannya.

Kita hanya berpikir untuk minum “Ah, gampang, tinggal beli air mineral dalam galon.” Atau “Ah gampang, air mineral hanya 1000 rupiah.”

Untuk mencuci “Ah, gampang ada air tanah atau air pdam.”  dan melakukan keborosan dalam penggunaannya. Pernahkah kita berpikir jika air sedang sulit didapatkan, kita akan rela menukarnya dengan apapun demi mendapatkannya

Demikian pula dengan kemudahan saat buang air kecil, jarang sekali kita bersyukur dengan karunia tersebut. Kita hanya menganggap “Buang air kecil? Sejak kecil juga sudah biasa buang air kecil. Buat apa dipikirkan lebih jauh?” Begitu biasanya jalan berpikir kita.

Padahal jika kita mengalami masalah pada tubuh, misalnya kesulitan buang air kecil, kita rela membayar biaya dokter dengan mahal demi mendapatkan kesembuhan.

Contoh diatas adalah salah satu dari sekian banyak nikmat Allah Subhanahuwata’ala yang diberikan kepada kita dengan perantara air. Dan Allah Subhanahuwata’ala hanya meminta kita bersyukur kepada-Nya dengan cara menaati perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya.

Pernahkah terpikir oleh kita siapakah “air” tersebut?

Air adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat bermakna bagi hidup dan kehidupan kita.

Rasakanlah betapa bermaknanya air bagi kehidupan.

“Dan orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara kedua-Nya ; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS Al-Anbiyaa :30)




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur