KOMENTAR

ORANGTUA di Indonesia rata-rata  senang memasukkan anak SD di usia muda. Alasannya beragam, mulai dari sudah pintar calistung, bisa di TK, dan yang paling tidak masuk akal yaitu gengsi sama teman-temannya yang sudah dulu masuk SD.

Memang, setiap anak memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Ada yang di usia 5 tahun sudah pandai membaca, menulis, maupun berhitung. Tapi tidak berarti anak tersebut sudah siap untuk disekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Mengutip Smart Parenting, ini beberapa alasan tepat mengapa anak usia 6 atau 7 tahun baru diperbolehkan untuk masuk SD.

1. Anak usia 4-6 tahun masih dalam tahap perkembangan

Pada usia 4-6 tahun, sensori motorik anak sedang berkembang dan mereka membutuhkan banyak gerak untuk perkembangannya.

Sedangkan ketika mereka masuk sekolah dasar, maka mereka akan dipaksa untuk duduk lama dalam ruangan yang terbatas.

2. Anak usia 6-7 punya core muscle yang lebih kuat

Karena core muscle nya yang kuat, maka mereka betah duduk lama di dalam suatu ruangan. Motorik halusnya juga lebih baik, sehingga tidak perlu bantuan untuk memegang pensil.

3. Konsentrasi anak usia 6-7 tahun sudah lebih baik

Saat konsentrasinya baik, anak bisa memilah mana suara utama yang harus ia dengar, dan mana suara pendukung yang harus ia abaikan.

4. Sudah bisa berpikir secara kongkrit

Anak usia 6-7 tahun sudah bisa berpikir secara kongkrit, sehingga paham dengan instruksi dan siap untuk melaksanakan perintah.

5. Sudah siap

Usia cukup untuk masuk SD adalah 6-7 tahun. Karena pada usia itu anak sudah merasa siap untuk menerima dan melakukan sesuatu.

Beda ketika mereka masuk SD di usia 5-6 tahun. Walaupun sudah dianggap mampu calistung, tapi secara mental mereka belum siap. Apalagi kalau di perjalanan pendidikannya banyak hal yang dibantu, maka anak akan merasa tidak kompeten.

6. Emosi dan kemandiriannya sudah matang

Anak usia 6-7 dianggap sudah memiliki emosi dan kemandirian yang matang. Jadi saat ia tidak bisa mengerjakan perintah guru, ia tidak akan menangis.

Si kecil juga sudah bisa ke kamar mandi sendiri, makan sendiri, atau masuk ke kelas tanpa ditemani orangtua.

Jadi Bunda, pekalah terhadap kebutuhan anak. Jangan hanya melihat dari luar saja, tapi perhatikan pula perkembangan emosi, kemandirian, juga sensori motoriknya.

 




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting