RIBUAN perempuan dari berbagai latar belakang bersatu dalam aksi damai bertajuk One Million Women for Gaza, yang digelar di Jakarta pada 6 Juli lalu. Diinisiasi oleh Pimpinan Pusat Wanita Islam dan ARIBP Perempuan, aksi ini membuka babak baru solidaritas untuk Palestina melalui kekuatan ekonomi.
Mengusung tema Women's Economic Boycott Against Pro-Israel Products, para perempuan menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya berlangsung di jalanan, tetapi juga dalam keputusan sehari-hari—terutama dalam memilih produk yang dikonsumsi. Kampanye #GantiProduk menjadi sorotan, menyerukan masyarakat untuk beralih ke produk lokal, khususnya dari UMKM perempuan. Konsumsi kini dipahami sebagai bentuk nyata sikap politik dan moral.
Aksi ini tidak hanya menjadi simbol dukungan, tetapi juga ruang edukasi dan pemberdayaan. Bazar UMKM, materi informasi tentang Palestina, serta penandatanganan Deklarasi Boikot Nasional menjadi bagian dari upaya menciptakan ekonomi alternatif berbasis produk halal lokal dan keberdayaan perempuan.
Peserta aksi berasal dari beragam kalangan—guru, pelajar, komunitas ojek online, hingga tokoh publik. Hal ini mencerminkan bahwa perjuangan kemanusiaan melibatkan semua pihak.
Dalam orasinya, Finda Musfindayani dari Muslimah Bogor Raya mengingatkan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Palestina menuntut aksi nyata, bukan sekadar empati.
“Sebagai perempuan, kita bisa memilih untuk tidak berkontribusi pada pendanaan agresi,” ujarnya.
Melalui boikot dan dukungan pada produk lokal, perempuan mengambil peran aktif dalam perjuangan global.
Gerakan ini membuktikan bahwa kekuatan perempuan bukan hanya pada suara, tapi juga pada setiap keputusan ekonomi yang diambil. Sebuah inspirasi bahwa solidaritas bisa dimulai dari rumah—dari dompet, dari hati.
Perempuan memiliki suara yang kuat untuk mengubah arah dunia—bukan hanya dalam urusan rumah tangga atau penampilan, tetapi juga dalam perjuangan kemanusiaan.
Di tengah dunia yang semakin terhubung, pilihan sederhana seperti membeli atau tidak membeli sebuah produk bisa menjadi pernyataan moral. Sudah saatnya perempuan tidak hanya peduli pada kebutuhan diri sendiri, tapi juga membuka mata terhadap penderitaan orang lain, terhadap nasib perempuan dan anak-anak di wilayah konflik.
Kepedulian bukan selalu soal donasi besar, tetapi bisa dimulai dari keberanian mengambil sikap, salah satunya lewat kampanye #GantiProduk.
Memang, beberapa produk yang kita pakai sehari-hari terasa sulit digantikan karena kualitas atau kebiasaan. Tapi, benarkah tidak ada alternatif yang setara? Banyak produk lokal—terutama buatan UMKM perempuan—yang tak kalah berkualitas dan bahkan lebih ramah lingkungan serta etis.
Dengan mengganti produk, kita tidak sekadar merawat kulit atau tubuh, tapi juga turut merawat nurani dan menyalakan harapan bagi dunia yang lebih damai. Ketika kita sadar bahwa setiap rupiah bisa berdampak pada orang lain, maka konsumsi pun menjadi aksi nyata demi kemanusiaan.
KOMENTAR ANDA