Mantan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, meninggal dunia dalam usia 60 pada Sabtu (21/5/2022)/ Net
Mantan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, meninggal dunia dalam usia 60 pada Sabtu (21/5/2022)/ Net
KOMENTAR

TUGAS Achmad Yurianto sebagai Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 ibarat pemandu di tengah 'jalan gelap berliku' yang dihadirkan pandemi COVID-19. Saat itu, kita belum mengenal sama sekali SARS-CoV-2 yang kemudian mampu menginfeksi lebih dari 500 juta penduduk dunia.

Tak mengherankan bila informasi yang disampaikan pemerintah kerap berubah-ubah, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan medis yang terus berjalan.

Di situlah tugas seorang juru bicara pemerintah menjadi sangat menantang, yaitu bagaimana mengedukasi masyarakat tentang COVID-19 sekaligus menenangkan mereka untuk tetap berdiri tegak di tengah ketidakpastian dan keterpurukan ekonomi.

Wajah dan pembawaannya tenang saat mengumumkan kasus demi kasus COVID-19 yang melanda Tanah Air. Setiap hari selama satu tahun pertama pandemi, kehadirannya di layar kaca sebagai perwakilan pemerintah begitu dinantikan rakyat Indonesia.

Penampilan Pak Yuri di televisi identik dengan batik. Salah satu yang sempat viral adalah saat ia mengenakan batik berwarna biru dengan motif virus dan pita merah yang merupakan seragam perayaan Hari AIDS di Kemenkes.

Menurut Dwiretno Yuliarti, sang suami sebagai keturunan Jawa memang sangat menyukai dan bangga memakai batik. Yuliarti mendukung tugas yang diemban suaminya sebagai juru bicara pemerintah dengan menjahit masker kain yang sesuai dengan baju batik yang dikenakan sang suami.

Namun kini ketika kita mulai melangkah ke arah pandemi, sang pemandu harus pergi lebih dulu, meninggalkan sang istri dan dua anak.

Pak Yuri meninggal dunia dalam usia 60 pada Sabtu (21/5/2022) akibat kanker usus setelah tiga hari dirawat di RSUD Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur. Sebelum dibawa ke kampung halamannya di Malang, ia sempat menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta selama beberapa minggu.

Laki-laki kelahiran 11 Maret 1962 itu merupakan purnawirawan TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Kolonel. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu mengawali karier sebagai dokter militer. Ia menjadi Perwira Utama Kesehatan Daerah Militer V Brawijaya setelah bergabung di tahun 1987.

Dari Malang, ia pun berpindah-pindah tugas ke berbagai daerah di penjuru Nusantara. Sebelum pensiun dari militer, Pak Yuri mengemban amanah sebagai Kepala Dinas Dukungan Kesehatan Operasi Pusat Kesehatan TNI.

Ia kemudian bergabung ke Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2014. Kariernya terus menanjak hingga menjabat Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan sejak 9 Maret 2020.

Karier terakhirnya adalah menjabat Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan periode 2021-2026 setelah dilantik Presiden Joko Widodo pada 22 Februari tahun lalu di Istana Negara.

Kenangan tentang Pak Yuri disampaikan Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban. Ia memuji Pak Yuri sebagai pribadi yang berkomitmen, terutama dalam membantu menyebarluaskan informasi terkait COVID-19 saat awal terjadi lonjakan kasus.

Sedangkan bagi mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Pak Yuri adalah teman diskusinya. Ia mengenang Pak Yuri sebagai sosok prajurit tangguh yang tulus mengabdi untuk negara, terlebih dalam mengedukasi masyarakat di awal pandemi.

Kesan baik juga dirasakan dokter cantik Reisa Brotoasmoro yang melanjutkan tugas Pak Yuri sebagai Juru Bicara Penanganan COVID-19. Ia merasa terkejut dengan kepergian Pak Yuri yang tentu menjadi kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.

"Semoga beliau diberikan tempat terbaik di sisi Allah Swt. serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan kesabaran. Aamiin YRA," tulis dr. Reisa dalam unggahan Instagramnya.

Selamat jalan, Pak Yuri...

Semoga pengabdianmu bagi bangsa ini menjadi amal jariyah yang pahalanya tak akan terputus.

 

 

 

 

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News