KOMENTAR

MERASA sedih dan cemas membuat hati menjadi tidak nyaman. Bahkan seringkali hal tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari karena perasaan itu berkaitan dengan mood seseorang.

Rasulullah dan para sahabat juga acapkali dilanda kesedihan. Namun seketika kesedihan itu hilang setelah mereka membaca sebuah surah yang diturunkan oleh Allah Swt.

Surah yang dimaksud adalah Al-Fath yang artinya kemenangan. Surah ke-48 dalam Al Quran ini terdiri dari 29 ayat dan tergolong dalam surah-surah Madaniyyah.

Surah Al-Fath diturunkan sesudah Surah Al-Jum'ah. Nama Al-Fath diambil dari perkataan Fat-han yang terdapat di ayat pertama surah ini.

Sebagian besar sisi Surah Al-Fath menerangkan kemenangan yang dicapai Nabi Muhammad dalam setiap peperangannya.

Kegembiraan Nabi Muhammad Saw. atas diturunkannya surah ini dinyatakan dalam sabda beliau yang diriwayatkan Imam Al Bukhari: "Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surah, yang surah itu benar-benar lebih aku cintai dari seluruh apa yang disinari matahari."

"Telah turun kepadaku tadi malam, surah yang lebih aku cintai daripada dunia dan seisinya. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Niscaya Allah akan mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang." (HR Umar Bin Khattan)

Perdamaian Hudaibiyyah

Dalam Surat Al-Fath ayat 1 tertulis, "Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata."

Menurut Ibnu Abbas, kemenangan yang dimaksud adalah perdamaian Hudaibiyyah, karena perdamaian itu menjadi sebab terjadinya penaklukan Mekah.

Hal ini didukung oleh pernyataan Ibnu Mas'ud, "Kalian berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini ialah penaklukan Mekah, sedangkan kami berpendapat Perdamaian Hudaibiyyah."

Sejak terjadi perdamaian itu, terjadilah hubungan yang langsung antara orang-orang Muslim dan musyrik Mekah. Orang Muslim dapat menginjak kembali kampung halaman dan bertemu dengan keluarga yang telah lama ditinggalkan.

Dalam prosesnya, banyak sekali kaum musyrik Mekah yang kemudian masuk Islam. Dan proses itu berlangsung tanpa pertumpahan darah.

Kisah Hudaibiyyah

Hudaibiyyah adalah nama sebuah desa, kira-kira 30 km sebelah barat Kota Mekah. Nama itu berasal dari sebuah perigi yang ada di desa tersebut.

Pada tahun keenam Hijriyah, Nabi Muhammad dan kaum Muslimin yang berjumlah hampir 1.500 orang, memutuskan untuk berangkat ke Mekah, melepas rindu kepada Baitullah, kiblat mereka.

Saat berangkat, rombongan Nabi mengenakan pakaian ihram, membawa hewan-hewan untuk disembelih dan disedekahkan kepada penduduk Mekah. Mereka juga tidak membawa senjata, kecuali yang biasa dibawa saat perjalanan jauh.

Sesampainya di Hudaibiyyah, rombongan bertemu dengan Basyar bin Sufyan al-Ka'bi. Menurut beliau, kedatangan Nabi beserta rombongan sudah diketahui dan mereka telah menyiapkan bala tentara dan senjata untuk menyambut kedatangannya. Bala tentara itu berkumpul di dzi thuwa.

Mendengar itu, Rasulullah kemudian mengutus Utsman bin Affan untuk menemui Basyar dan menyampaikan maksud kedatangan Beliau beserta rombongan. Namun setiba di sana, Utsman malam ditahan oleh pembesar-pembesar Quraisy. Bahkan tersiar kabar bahwa Utsman telah wafat dibunuh.

Nabi pun bersedih, rombongan madah besar. Rasulullah bersumpah akan memerangi kaum kafir Quraisy. Kaum muslimin kemudian membaiat beliau bahwa mereka akan berperang bersama Nabi melawan kaum kafir.

Baiat itu diridhai Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat 8 surat ini. Oleh karena itu baiat tersebut disebut Bai'atur-Ridhwan, yaitu baiat yang diridhai.

Baiat itu ternyata membuat orang-orang musyrik Mekah takut dan akhirnya mereka menyampaikan pesan bahwa berita kematian Utsman tidak benar. Akhirnya, mereka sepakat untuk berunding dengan Rasulullah.

Perundingan itulah yang menghasilkan perdamaian Hudaibiyyah.

"Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjuki mu ke jalan yang lurus. Dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)." (Qs Al-Fath: 2-3).




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur