Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Karena kesombongan itulah yang terasa menyakitkan bagi hamba-hamba Allah lainnya, yang sekadar mengganjal perut saja mereka mesti bertarung mati-matian, dan sebagiannya lagi adalah mereka yang mengusap air mata haru ketika berlebaran dalam kefakiran.

Tidak mungkin Allah rida kepada mereka yang berlebaran di atas kesombongan. Padahal manusia sejatinya tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Segalanya akan datang dan pergi, jadi buat apa juga sombong.

Ketiga, antisipasi riya

Sepaket dengan sombong tercipta pula noda berlebaran yang disebut riya. Ya, aksi pamer-pamer bertajuk riya itu akhirnya menciptakan rasa pilu bagi masyarakat.

Ketika kita tidak mampu menyumbang, maka janganlah hilir mudik memamerkan pakaian megah di depan puncak hidup orang-orang yang tiada berpunya.

Ketika kita telah menyakiti penciuman tetangga dengan aroma masakan nikmat, dan tidak pula mau berbagi, maka janganlah pamer-pamer pula di hadapan mereka.

Intinya, berhati-hatilah dalam membangun tradisi, karena tidak semua ‘Urf itu baik semuanya.

Abdul Wahhab Khallaf memerinci perkara ‘Urf ini, dengan menerangkan, 'Urf ada dua macam, yaitu: 'Urf yang sahih dan 'Urf yang fasid. 'Urf yang sahih ialah sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia, dan tidak bertentangan dengan dalil syara', tidak menghalalkan yang haram, dan tidak pula membatalkan sesuatu yang wajib.

'Urf yang fasid adalah sesuatu yang sudah menjadi tradisi manusia, tetapi bertentangan dengan syara', atau menghalalkan yang haram, atau membatalkan sesuatu yang wajib.

‘Urf yang fasid itu menimbulkan kerusakan, maka jauhilah sebelum hidup kita binasa. ‘Urf yang sahih itulah yang benar, kita dapat mengembangkannya demi kebaikan bersama.

Tentunya bukan hanya tiga sifat di atas saja yang menjadi ranjau dalam tradisi lebaran. Kita dapat membuat daftar masing-masing tentang hal-hal yang merusak kemenangan Idul Fitri, dan tentu berupaya menjauhi yang dimurkai agama itu.

Tradisi yang baik patut dipelihara karena selaras dengan ajaran Islam. Akan tetapi tradisi tidak perlu diberangus seluruhnya, jika ada hal-hal yang merusak, cukup bagian-bagian buruknya saja yang dipangkas.

Selebihnya mari kita semarakkan Idul Fitri ini dengan banyak-banyak menebar kebaikan dan kebajikan.
   
 




Memahami Faedah Bertawakal untuk Membebaskan Diri dari Penderitaan Batin

Sebelumnya

Menjadi Korban Cinta yang Salah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur