Wartawan senior sekaligus mantan ketua umum PWI Pusat Margiono meninggal dunia/ Net
Wartawan senior sekaligus mantan ketua umum PWI Pusat Margiono meninggal dunia/ Net
KOMENTAR

KABAR duka menghampiri dunia pers Tanah Air. Mantan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Modular, Jakarta pada pukul 09.45 WIB, Selasa (1/2/2022).

Kondisi sakitnya pria kelahiran Tulung Agung itu diketahui dari keterangan wartawan senior Dahlan Iskan.

Margiono baru ketahuan positif COVID-19 saat ia berobat untuk penyakit lain. Saat merasa sesak napas, Margiono awalnya pergi ke rumah sakit Eka, Serpong.

Margiono berusaha mengendalikan penyakitnya dengan rutin memonitor kadar gula darahnya. Ia juga semakin disiplin menjaga kesehatan, terutama di masa pandemi COVID-19. Margiono paham ia mempunyai komorbid serius.

Di rumah sakit Eka, sesak napasnya bertambah parah. Hasil pemeriksaan mengindikasikan masalah ginjal, sebuah problem logis dari penyakit gula. Maka ia harus masuk ruang perawatan ICU.

Sebelum masuk, ia mesti menjalani pemeriksaan lebih teliti sebagai prosedur standar ICU. Saat itulah ia diketahui positif COVID-19. Semua anggota keluarga dan orang dekatnya negatif. Entah dari mana Margiono terpapar virus corona.

Namun penyebab utama sesak napasnya adalah racun yang tercampur dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh. Darah yang tidak mampu menyerap oksigen menyebabkan napas menjadi sesak. Itu artinya fungsi ginjal juga terganggu hingga harus cuci darah. Menurut Dahlan, Margiono sudah melakukan lebih dari satu kali cuci darah dengan hasil yang dikabarkan membaik.

Karier Jurnalistik Margiono

Karier profesional jurnalistik Margiono berawal dari Jawa Pos hingga ia didapuk menjadi Pemimpin Redaksi koran tersebut. Ia kemudian turut andil membesarkan Rakyat Merdeka, salah satu media yang bernaung dalam grup Jawa Pos. Margiono saat ini merupakan Dirut Harian Rakyat Merdeka.

Margiono menjabat Ketua Umum PWI selama dua periode yaitu 2008-2013 dan 2013-2018. Setiap tahun, dalam kapasitas sebagai Ketua Umum PWI Pusat, ia berpidato di hadapan presiden.

Pidatonya tak pernah membosankan, menyenangkan untuk disimak juga selalu diselipi humor.

Wartawan senior lainnya, Ilham Bintang, juga menulis bahwa Margiono bisa dicatat sebagai salah satu wartawan yang ikut memuluskan reformasi menggantikan rezim Orde Baru melalui medianya.

Salah satu karya jurnalistik Margiono menggegerkan publik di penghujung pemerintahan Orde Baru: Majalah D&R menampilkan Presiden Soeharto sebagai sampul majalah, dengan gambar Pak Harto mengenakan pakaian raja seperti dalam kartu remi King.

Pun di masa awal Rakyat Merdeka, Margiono terbiasa bolak-balik menjalani pemeriksaan polisi hingga ke pengadilan. Tak lain karena banyak sumber berita yang memperkarakan koran tersebut. Namun Margiono tidak mengeluh.

Ilham Bintang juga menulis bahwa Margiono teman yang menyenangkan. Tidak usil dan tidak suka kasak-kusuk. Rendah hati dan sangat hormat pada senior, bahkan tak sungkan mencium tangan orang yang ia hormati. Karena itulah rekan-rekan pers heboh ketika ia mencium tangan Presiden SBY.

Padahal menurut Ilham, itu tanda penghormatan, hal lazim bagi Margiono yang dididik di lingkungan pesantren. Bukan simbol menghamba alias takluk pada penguasa.

"Dalam melaksanakan prinsip kerja pers secara profesional, dia cukup keras. Dia tahu fungsi pers sebagai alat kontrol kekuasaan," tulis Ilham Bintang tentang integritas Margiono sebagai insan pers.

Selamat jalan, Pak Margiono. Integritasmu abadi.

 




Bahaya Literasi Rendah di Tengah Disrupsi Digital

Sebelumnya

Antisipasi Dampak Gelombang Panas dan Hujan Lebat, Pemerintah Korea Jaga Stabilitas Sektor Pangan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News