KOMENTAR

PROVINSI Ghor, yang letaknya terpencil, menghadapi masa teramat sulit. Chaghcharan, ibu kota Ghor, berjarak sekitar 10 jam berkendara dari Kabul, sebagian besar berada di sepanjang jalan tanah. Pegunungan di sepanjang jalan itu sangat indah, tapi salju yang turun lebih sedikit dari biasanya—tanda kekeringan terus berlanjut yang memperburuk krisis kemanusiaan.

 Meski perang telah usai, perekonomian Afghanistan runtuh. Pemerintah Barat cemas untuk melanjutkan pendanaan di Afghanistan, khawatir mereka justru akan memperkuat pemerintahan Taliban. 

Dukungan internasional yang menopang pemerintah sebelumnya telah ditarik setelah Taliban mengambil alih pada Agustus . Sementara cadangan devisa negera itu yang berjumlah sekitar 10 miliar USD telah dibekukan, terutama oleh Amerika Serikat.

Di Afghanistan, pengangguran bertambah banyak, harga pangan melonjak, nilai mata uang anjlok, dan bank telah menetapkan batasan penarikan tunai.

Menghadapi situasi terburuk, rakyat berharap komunitas internasional segera mengirimkan bantuan kemanusiaan. Bernegosiasi dengan Taliban lalu mencairkan cadangan devisa mereka.

Kehidupan keluarga-keluarga di Ghor yang dulu sulit, kini semakin sulit. Mereka kehabisan makanan, anak-anak mulai kelaparan. Tak ada uang, mereka tak bisa membeli obat saat anak-anak jatuh sakit.

Para dokter kebingungan mengapa bantuan internasional tak kunjung datang. Padahal menurut mereka, kondisi saat ini jauh lebih buruk dari tahun-tahun sebelumnya.

Rumah sakit telah penuh sesak. Satu tempat tidur bahkan dipergunakan untuk dua ibu dan dua balita mereka, bahkan kadang tiga ibu dan anak. Bangsal malnutrisi kehabisan tempat.

Suhu udara bisa mencapai -10 derajat di malam hari, namun persediaan kayu di pemanas hanya bisa bertahan untuk beberapa jam dalam sehari. Itu pun sumbangan dari badan amal internasional.

Dulu, meskipun kondisi sulit, Kementerian Kesehatan masih menyediakan bahan bakar untuk rumah sakit. Sekarang, tidak ada lagi.

Di suatu ruangan kecil, perawat melingkarkan pengukur di tangan kurus seorang anak kecil. Anak itu mendapat tanda ‘merah’ yang artinya kekurangan gizi buruk.

PBB telah memperingatkan ada 1 juta anak berisiko meninggal akibat kelaparan selama beberapa bulan mendatang. 

Di satu-satunya rumah sakit di Ghor, para staf menerima gaji mereka untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Uang itu berasal dari Komite Palang Merah Internasional. Kepala rumah sakit, dr. Parsa, membayar dari kantongnya sendiri untuk enam perawat tambahan, untuk menjaga agar layanan penting tetap berjalan.

Persediaan obat di rumah sakit sangat sedikit, mungkin hanya cukup untuk satu minggu ke depan. Kebanyakan pasien harus membeli sendiri di apotek terdekat. 

Rumah sakit sebenarnya tengah berjuang untuk meminimalkan jumlah kasus penyakit menular dengan imunisasi anak. Namun perjuangan itu terganggu dengan pandemi Covid-19 dan kekuasaan yang direbut Taliban.

Tak cuma angka malnutrisi yang meningkat, pneumonia juga mengintai di musim dingin. Namun di bangsal campak, kurangnya sumber daya rumah sakit tak kalah terasa. Ada bayi yang harus meninggal karena tak mendapat oksigen.

Rumah sakit kekurangan oksigen. Satu silinder berisi oksigen murni memerlukan biaya 50 USD. Meskipun rumah sakit mempunyai mesin untuk menghasilkan oksigen, tak ada listrik untuk menyalakannya.

Saat ini tak ada listrik di seluruh kota selain tenaga surya pribadi di beberapa rumah warga. Kota ini dulu didukung pembangkit listrik berbahan bakar. Kini tak ada uang untuk menyalakannya. Rumah sakit punya generator, tapi itu tidaklah cukup.

Dengan situasi yang terus memburuk, Komite Palang Merah Internasional berkomitmen memberi dukungan darurat selama enam bulan ke depan.

dr. Parsa mengkhawatirkan masa depan. Seperti dikatakannya kepada BBC, “Jika kami tidak juga mendapat bantuan internasional dan situasi buruk ini berlanjut, saya takut rumah sakit ini akan tutup, dan itu menjadi akhir dari layanan kesehatan di provinsi ini.”




Miliki Lebih dari 68 Dapur Umum, World Central Kitchen Kembali Beroperasi di Gaza PascaSerangan Israel yang Membunuh 7 Pekerja

Sebelumnya

Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News