Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PEREMPUAN itu akhirnya menarik diri dari hadapan publik secara total, padahal sebelumnya dirinya seorang motivator handal. Kata-katanya yang menakjubkan mampu merubah kehidupan orang lain ke arah yang lebih spektakuler. Dia pun dipuja-puja.

Namun, barisan manusia yang iri dengki memang tidak akan pernah habis di persada dunia. Teman-temannya sendiri yang merancang makar, menyebar fitnah dan menjatuhkan kejayaan sang motivator hingga terbanting ke titik nadir. Akhirnya, perempuan itu tidak tahan dengan kejinya perlakuan teman-temannya sendiri, dia pun memutuskan berhenti total.

Dalam renungannya yang panjang, perempuan itu tidak habis pikir mengapa teman-temannya tega. Bagaimana hatinya tidak akan sakit, temannya kecelakaan dia bantu biaya rumah sakitnya, temannya menikah dia kasih uang pestanya, temannya krisis keuangan dia yang pertama datang menolong. Kini, mereka pula yang kompak beramai-ramai menghancurkan dirinya.

Sakit!

Kisah nyata di atas cukuplah menjadi pelajaran, di mana hal yang sama dapat saja menimpa diri kita. Di dunia yang fana ini, kejahatan dalam rupa yang paling menjijikkan dapat saja terjadi. Malah kisah di atas kurang dramatis dibanding kejadian-kejadian lain yang lebih menyayat hati.

Namun, dari kisah di atas pula dapatlah kita menyadari, pihak yang paling dirugikan dari rasa sakit di hati adalah diri kita sendiri.

Tidak akan pernah mudah memahami hati, bahkan meski itu hati kita sendiri. Namun, dengan membiarkan rasa sakit itu menggerogoti hati, kita  telah mengalami banyak kerugian, di antaranya:

Pertama, hilangnya keindahan hidup

Kita boleh saja punya rumah mewah, tapi tidur tidak bisa nyenyak. Bagi kita mungkin terhidang makanan minuman lezat, tetapi lidah terasa pahit. Kita boleh jadi punya banyak uang, sayangnya dihabiskan untuk berobat. Begitulah kejadiannya tatkala rasa sakit itu mencabut keindahan hidup yang cuma satu kali ini.    

Kedua, terluka berkali-kali

Beberapa kali kita punya pengalaman tubuh yang terluka hingga berdarah. Namun, luka itu dapat segera sembuh. Ada antibodi di dalam tubuh yang membantu percepatan kesembuhannya.

Lain halnya dengan luka di hati, kok sakitnya berulang-ulang kali. Bahkan hati terasa ditikam sepanjang hayat, pendarahannya berkelanjutan tiada henti. Ringkasnya, sakit hati seperti melukai diri sendiri seumur hidup. Dan inilah sakit yang terlalu lama untuk kehidupan kita yang teramat singkat.

Ketiga, terhambatnya perkembangan diri

Mudah sekali mencari contoh orang yang mematikan potensi dirinya sendiri akibat dari merawat sakit hati. Dirinya bukan dihancurkan oleh kekejian pihak luar, melainkan binasa oleh luka hati yang diperliharanya berlarut-larut. Mirisnya, ia menyadari kerugian ini, tetapi tidak melakukan tindakan nyata untuk bangkit.

Sejatinya, kita tidak perlu menunggu sembuh dari luka di hati hanya untuk bangkit meraih kajayaan. Lihatlah petinju yang babak belur hingga berdarah-darah, tanpa menunggu lukanya mengering, ia pun bangkit lagi dan lagi hingga mampu meraih sabuk juara.

Dalam episode epik dakwahnya, Nabi Muhammad pernah mengalami kejadian memilukan hati di Thaif. Selain cacian makian dan pengusiran, tubuh Rasulullah juga berdarah-darah akibat lemparan batu masyarakat di sana.

Moenawar Khalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad menceritakan, meskipun Nabi saw. dalam keadaan terluka, mereka tetap melakukan perbuatan yang kejam terhadap diri Nabi saw. hingga beliau terpaksa berjalan dengan merangkak karena menahan sakit. Melihat beliau telah berjalan dengan terseok-seok dan merangkak, mereka lalu mengejek, menertawakan, dan mencaci maki dengan perkataan-perkataan yang kasar serta keji.

Menariknya, ketika tubuhnya masih berdarah-darah, terlebih dulu Rasulullah menyembuhkan luka di hati, agar tidak muncul sakit hati. Dan dari hati yang tidak sakit itulah, Nabi Muhammad pun mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang berlaku keji kepadanya.

Memang sih level Nabi cukup berat untuk kita jangkau sebagai manusia biasa. Namun, jika tidak mampu mencegah sakit hati seperti hebatnya Nabi, setidaknya kita dapat menjadi orang yang tidak mudah sakit hati.

Dan dari saripati menjaga hati yang dilakukan Rasulullah itulah, sebetulnya ada hal-hal menakjubkan yang dapat kita lakukan, di antaranya:

Pertama, menyadari Tuhanlah yang terbaik bagi kita

Jika dicermati, rasa sakit itu tidak terlepas dari tingginya pengharapan kita terhadap manusia. Dan begitu disakiti atau dikhianati, hati kita pun dengan cepat terluka dan merana dalam sakit yang memedihkan.

Maka akan menjadi indah ketika kejadian-kejadian pahit di masa lalu makin mendekatkan kita kepada Allah. Karena hanya Tuhan yang tidak akan pernah mengecewakan kita, yang selalu memberikan yang terbaik bagi kita. Dan tidak ada tuh ceritanya orang yang terluka hatinya dikarenakan Tuhannya.

Kedua, mematangkan kita dalam memahami kehidupan




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur