Siti Mirza Nuria/Ist
Siti Mirza Nuria/Ist
KOMENTAR

"Siapa tahu uang saya juga bisa cair," jawab dr Nur lantas tersenyum manis.

"Anda datang ke bank sendirian, diajak polisi, atau diajak Heryanti?" tanya saya lagi.

"Diajak Heryanti," jawabnya.

Pagi itu Si Cantik ditelepon Heryanti. Untuk diajak ke bank. Uang Si Cantik akan cair hari itu.

Si Cantik naik mobil sendiri ke bank. Heryanti bersama polisi.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kejiwaan Heryanti saat berangkat ke bank itu.

Dia tahu polisi akan mencairkan bilyet giro Rp 2 triliun. Dia tahu tidak ada uang di bank itu. Kok dia mau berangkat ke bank. Kok tidak langsung saja bilang: Pak Polisi, tidak usah ke bank, dananya tidak ada.

Atau sebenarnya dia sudah bilang begitu tapi polisi tetap mengajak dia ke bank. Dengan tujuan memudahkan pemeriksaan kelak.

Bahkan kenapa Heryanti mau menyerahkan bilyet giro itu –kalau dia sendiri tahu bilyet giro itu kosong. Mengapa pula dia mau membubuhkan tanggal pencairan giro bilyet itu, 2 Agustus 2021.

Mengapa saat polisi minta bilyet giro itu, Heryanti tidak langsung mengatakan: "maaf Pak Polisi, uang dari Singapura ternyata belum jadi masuk ke rekening saya".

Ataukah sebenarnya hari itu Heryanti benar-benar yakin menerima kabar dari Singapura bahwa uang papanya cair hari itu?

"Dia yakin sekali. Dia tenang sekali," ujar Si Cantik. "Kalau saya yang mengeluarkan cek (biro gilyet, Red) seperti itu saya sudah mati berdiri," tambahnya.

Waktu menunggu di bank dr Nur tidak sempat berbincang dengan Heryanti. Heryanti terus berbincang dengan pejabat Polda. "Wajahnya biasa sekali. Tidak kelihatan grogi," kata Si Cantik.

Dokter Nur pernah menanyakan soal ketenangan itu. Jawab Heryanti: "Kalau dana itu tidak ada ya Bu... mana saya bisa kuat tersiksa lama begini. Saya bisa kuat karena dana itu ada".

Saya pun mempersoalkan bagaimana mungkin bisa mengurus uang di Singapura di masa pandemi seperti ini? Bukankah Heryanti tidak bisa masuk ke Singapura?

Ternyata, Heryanti punya cara sendiri. Selama pandemi ini, Heryanti ke Batam. Terakhir dua bulan lalu. Heryanti mengurus uang Rp 16 triliun "milik" ayahnya dari Batam.

Singapura memang terlihat dari Batam. Jaraknya begitu dekat. Lalu lintas lautnya begitu lancar.

Heryanti menunggu di Batam. Pengacara Singapura yang datang ke Batam. Pengacara itu menyerahkan dan menerima dokumen yang diperlukan. Di Batam pula Heryanti menandatangani berkas-berkas yang diperlukan.

"Sekarang ini berapa tingkat kepercayaan Anda pada Heryanti?" tanya saya sambil mengingatkan skala 1 sampai 100. Minggu lalu tingkat kepercayaan itu 70. Naik dari 50 seminggu lalu dan 30 tiga bulan sebelumnya.

"Sekarang di tingkat 20," jawab Si Cantik.

Drama sumbangan Rp 2 triliun untuk Kapolda Sumsel ini belum berakhir. Tapi biarlah serial 2 T hari ini menjadi yang terakhir.

Sudah begitu banyak yang ingin tahu kelanjutan perjuangan dr Karina. Begitu banyak yang memerlukan pemikiran Karina.




Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Sebelumnya

Muara Yusuf

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway