Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Nah, dengan begini kita jadi paham kan, asal muasal dari munculnya kekecewaan! Dengan itu kita dapat pula mencerna, betapa tidak ada yang sempurna. Menuntut kesempurnaan hanya menyakitkan bagi diri kita, dan juga menyengsarakan orang yang kita harap-harapkan itu.
Makanya, hindarilah terlalu tinggi memasang ekspektasi terhadap pasangan, salah-salah nantinya malah kecewa.  
 
Parahnya lagi apabila kita menimpakan seluruh ekspektasi, mimpi hingga ilusi ke pundak rapuh pasangan. Padahal mimpi orang tidaklah sama, tidak mungkin dong kita memaksakan mimpi suami atau istri tak boleh beda.

Kuncinya perbanyaklah dialog keterbukaan, bahkan impian atau pun mimpi itu pun perlu dibahas sama-sama. Jangan sampai ujug-ujug, kita langsung merasa dikecewakan, padahal kita tidak pernah membicarakan dan mempertimbangkan rasionalitasnya.

Keempat, pastikan kecewa itu ada akhirnya.

Film terpanjang pun ada akhirnya; the end. Perkara nanti ada sekuelnya, ya silahkan saja! Tetapi yang namanya ending memang diperlukan. Demikian pula dengan kekecewaan yang penting dipahami bagaimana cara untuk menyudahinya dengan indah. Perkara nanti akan ada kekecewaan lainnya, itu sudah jadi bagian pahit manisnya gelombang hidup. Tetapi, di setiap episode kecewa, perlu diakhiri tanpa melukai.   
 
Karena berlarut-larutnya kecewa hanya akan menghasilkan berton-ton dendam, ujung-ujungnya adalah permusuhan. Jadi, silahkan kecewa tetapi harus ada muaranya, yaitu solusi.
    

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur