Joe Biden saat membacakan prime-time speech tentang kondisi terkini negara adidaya tersebut disiarkan langsung dari Gedung Putih, Kamis malam (11/03/2021) waktu setempat/ Net
Joe Biden saat membacakan prime-time speech tentang kondisi terkini negara adidaya tersebut disiarkan langsung dari Gedung Putih, Kamis malam (11/03/2021) waktu setempat/ Net
KOMENTAR

MENANDAI satu tahun pandemi Covid-19 melanda Amerika Serikat, Joe Biden untuk pertama kalinya membacakan prime-time speech tentang kondisi terkini negara adidaya tersebut disiarkan langsung dari Gedung Putih, Kamis malam (11/03/2021) waktu setempat.

Presiden Biden berbicara tentang langkah selanjutnya yang harus dilakukan Amerika dalam menghadapi pandemi. Mulai dari distribusi vaksin hingga menyoal persatuan bangsa dan keyakinan mendalam tentang kekuatan Amerika untuk menghadapi setiap tantangan.

Pidato tersebut menjadi dramatis karena Presiden Biden mengeluarkan sebuah kartu dari saku, yang diakuinya selalu dibawa ke mana pun, bertuliskan angka jumlah terbaru kematian akibat Covid-19 di Amerika—yang sudah menelan korban lebih dari 527.000 jiwa.

Presiden memanfaatkan pidatonya untuk menjelaskan secara mendetail  tentang berbagai kehilangan yang diderita rakyat Amerika akibat Covid-19, baik secara personal maupun secara kolektif.

Namun Biden juga menunjukkan masa depan penuh harapan yang bisa diraih selama rakyat terus bekerja bersama. "Selalu ada harapan, cahaya, dan hari-hari yang lebih indah," ujarnya.

Presiden Biden menantang setiap individu di AS yang sebelumnya sangat terpolarisasi menyikapi Covid-19 untuk bersama-sama melawan virus dengan menerima vaksin sesuai jadwal yang ditentukan.

Setidaknya ada 3 hal yang bisa digarisbawahi dari pidato Biden.

Pertama, menyalahkan pendahulunya atas kesulitan yang kini dialami rakyat Amerika akibat Covid-19.

Meskipun tidak menyebut langsung nama Donald Trump, Biden mengatakan, "Satu tahun lalu, kita terkena virus tanpa ada peringatan dan tanpa penyelidikan tentang penyebarannya, menyangkalnya selama berbulan-bulan, yang kemudian memicu lebih banyak kematian, lebih banyak infeksi, lebih banyak stres, dan lebih banyak kesepian (akibat lockdown)."

Presiden Biden juga mengatakan bahwa yang dibutuhkan untuk menghadapi Covid-19 adalah bagaimana menyampaikan kebenaran, memperkuat sains, dan bekerja sama. Seperti yang selalu ia katakan dalam kampanye presiden 2020 bahwa rakyat Amerika berhak mengetahui kebenaran tentang pandemi Covid-19. Tidak boleh ditutup-tutupi seperti yang dilakukan pemerintahan Trump.

Kedua, memberi harapan pada rakyat Amerika bahwa Hari Kemerdekaan 4 Juli tahun ini akan menjadi momentum kebangkitan AS memulai kehidupan normal.

Meskipun tidak memastikan secara tegas, harapan yang diberikan Presiden Biden tersebut bisa jadi akan menjadikan makna 4 Juli lebih dari sekadar Hari Kemerdekaan. Hari itu bisa menjadi penanda kembalinya rakyat Amerika ke kehidupan normal alias kemenangan terhadap pandemi.

Kini tinggallah Presiden Biden yang harus memastikan bahwa janjinya akan bisa ditepati atau tanggal tersebut akan menjadi 'jangkar politik' yang mencekik lehernya, seperti Trump yang pernah membuat janji konyol bahwa Amerika akan kembali normal pada April 2020.

Namun, optimisme Biden tidak menghalanginya untuk mengakui kemungkinan harapannya justru berbalik arah. Adanya berbagai varian baru virus ditambah mitigasi pandemi yang tidak berjalan maksimal, maka Amerika bisa mengalami gelombang besar lainnya.

Ketiga, menekankan kekuatan "kita" (rakyat yang bersatu) dalam perang melawan Covid-19.

Presiden Biden dengan tegas meminta rakyat Amerika menyadari bahwa mereka sedang berperang melawan Covid-19. Pandemi telah membunuh lebih banyak warga Amerika dibandingkan gabungan korban Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Vietnam.

Biden juga mengatakan bahwa musuh yang dihadapi bukanlah musuh yang biasa dihadapi, melainkan musuh yang memerlukan pengorbanan dan persatuan sama besarnya seperti yang dibutuhkan dalam perang-perang Amerika terdahulu.

Sambil menatap lensa kamera, Presiden Biden menyerukan kalimat "I need you" dan mengulanginya lagi. Washington Post menyebut kata-katanya tersebut sangat berkesan dan tidak biasa digunakan dalam pidato prime-time presiden.

Presiden juga menekankan pentingnya menemukan "tujuan bersama" karena menurutnya, persatuan bangsa adalah kunci untuk mengalahkan virus dan kembali ke kehidupan normal, dikutip dari CNN.

Sebagai pemungkas pidatonya, Joe Biden mengatakan, "Ini adalah Amerika Serikat dan tidak ada satu pun yang tidak bisa kita lakukan selama kita melakukannya bersama."

 




Din Syamsuddin Jadi Pembicara dalam Sidang Grup Strategis Federasi Rusia-Dunia Islam di Kazan

Sebelumnya

Buku “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” Karya Teguh Santosa Hadir di Pojok Baca Digital Gedung Dewan Pers

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News