Jaya Suprana/Ist
Jaya Suprana/Ist
KOMENTAR

KETIKA mempelajari angkamologi, saya menemukan beberapa simbol matematikal bukan dalam bentuk angka namun huruf. Di ranah aljabar angka a dan b dan c sangat berperan. Tanpa huruf diyakini aljabar tidak eksis kecuali dicari bentuk lain B sebagai pengganti abjad.

Namun dapat dipastikan bahwa tanpa huruf, naskah yang saya baca ini mustahil saya tulis. Meski ada yang membedakan antara huruf dengan abjad, namun saya memilih menggunakan istilah huruf.

Hurufologi

Kembali ke kawasan matematika, huruf e ternyata multi-peran. Sebagai huruf yang berada pada urutan ke-5 dalam susunan abjad sebelum f dan d, ternyata e bisa bermakna eksentritas pada bentuk yang disebut sebagai konik seperti misalnya bentuk nasi tumpeng.

Sementara pada rumusan relativitas Einstein yaitu E = mc kuadrat,  E ditulis dengan huruf besar bermakna unit-unit enerji, sementara m representasi unit-unit massa, dan c mewakili kecepatan cahaya yang apabila dikuadratkan berarti dikali dua kali dengan dirinya sendiri.

Bagi yang meragukan kebenaran rumusan Einstein sebaiknya jangan tanya ke saya yang awam segala-galanya, maka manut saja bahwa rumusan Einstein tersohor itu adalah benar adanya. Sebab saya tidak membuktikan bahwa rumusan dahsyat itu tidak benar.

Oxford Dictionary

Sama halnya saya tunduk kepada definisi Oxford Dictionary of Mathematics yang berfatwa bahkan definisi abjad e adalah (agar saya tidak keliru alih-bahasa maka tetap dalam bahasa Inggris) The number that is the base of natural logarithms.

Dari kalimat defisional Oxfrod itu saja saya sudah cukup bingung sebab kamus berwibawa itu ternyata menyebut huruf e sebagai number  alias angka atau bilangan. Berarti sebenarnya saya tidak perlu repot menyebut e sebagai simbol demi menghindari sebutan angka atau bilangan.

Pasti Gus Dur nyeletuk "Gitu Aja Kok Repot!".

Kemudian kata base juga membingungkan tentang di mana sebenarnya lokasi huruf e seharusnya berada. Padahal pada kenyataan bisa bukan cuma di dasar namun bisa di atas atau di samping bahkan beyond alias di luar.

Di samping istilah natural bisa disimpulkan bahwa jika ada yang natural berarti pasti ada pula yang tidak natural.

Bingungologi

Faktor bingungologisnya terletak pada di mana letak batas antara yang natural dengan yang tidak natural.

Puncak kebingungan saya terletak pada kata logaritma yang dipluralkan menjadi logaritma-logaritma yang membingungkan saya dengan pertanyaan “Lalu logaritma yang mana di antara logatima-logaritma ?” karena saya paling fobia menghadapi daftar logaritma sebab terlalu membingungkan bagi saya yang dangkal dayapikir ini untuk menyimaknya.

Akibat sampai di sini saja saya sudah rawan dituduh mencari-cari masalah secara membelah titian serambut menjadi tujuh. Maka ketika membaca lanjutan definisi Oxford Dictionary of Mathematics of Mathematics tentang huruf e dengan kalimat ancaman bahwa There are several ways of defining it, langsung saya memaksakan diri saya untuk berhenti sampai di situ saja.

Transcendental

One definition saja sudah cukup membingungkan saya, apalagi several definitions. Dan terbukti keputusan saya untuk berhenti mencari definisi huruf abjad e adalah sangat bijak.

Jika saya lanjut bisa-bisa saya akan jatuh pingsan akibat kebingungan membaca kalimat bikinan para penyusun kamus matematika Oxford bahwa The value of e is 2.71828183 (to decimal 8 places). The proof that e is irrational is comparative easy. In 1873, Hermite proved that 3 is transcendental and his proof was subsequently simplified by Hilbert.

Meski istilah transcendental itu keren maka saya suka, namun mohon dimaafkan bahwa tetap saja saya bingung tentang apa sebenarnya maksud maupun makna kalimat ultra matematikal serta berbelit-belit ke sana ke mari itu.




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana