Alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (Website/https://www.ristekbrin.go.id)
Alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (Website/https://www.ristekbrin.go.id)
KOMENTAR

INILAH karya anak bangsa yang mewarnai perjuangan Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. GeNose menyusul penemuan ventilator Salman ITB yang sudah diproduksi lebih dari 1.000 alat.

GeNose adalah inovasi pertama di Indonesia berupa alat tes cepat Covid-19 melalui embusan napas hasil riset Universitas Gadjah Mada (UGM). Alat ini telah mendapat Izin Edar

Darurat dari Kementerian Kesehatan dengan akurasi yang diklaim lebih dari 92 persen.
GeNose adalah singkatan dari Gadjah Mada Electronic Nose. Penelitian GeNose dibiayai Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) serta Badan Intelijen Negara (BIN). Tim pengembangan GeNose diketuai Prof. Kuwat Triyana. Tujuan pembuatannya adalah menjawab tantangan untuk tes masif Covid-19.

Inovasi GeNose dikerjakan dengan semangat gotong-royong oleh tim ahli lintas ilmu di UGM yaitu Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si (FMIPA), dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, Sp.A, M.Sc., Ph.D (FKKMK), Dr. Eng. Ahmad Kusumaatmaja, S.Si, M.Sc. (FMIPA), dr. Mohamad Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D (FKKMK), serta para mitra industri strategik yang berkomitmen dalam penyebarluasan hasil riset dan inovasi kampus.

GeNose dapat mendeteksi keberadaan virus dalam waktu sekitar 80 detik. Tak hanya lebih cepat, satu kali pemeriksaan GeNose yang dikenakan biaya Rp 15.000 – Rp 25.000 jelas jauh lebih murah dibandingkan tes PCR.

Berdasarkan keterangan situs resmi UGM, GeNose telah melewati uji profiling 600 sampel data valid di RS Bhayangkara dan RS Lapangan Khusus Covid-19, Bambanglipuro, Bantul, DIY. Satu unit GeNose dibanderol dengan harga Rp 62 juta dengan harga kantong udara Rp 15 ribu untuk sekali pakai.

Selanjutnya GeNose masuk tahap uji klinis (uji diagnostik) yang dilakukan bertahap ke sejumlah RS di Indonesia. Alat yang andal, data yang akurat, dan metode yang teruji diharapkan dapat meyakinkan semua pihak untuk mengadopsi GeNose untuk kepentingan masyarakat luas.

“Kemampuan mengetes dalam jumlah besar diharapkan akan menemukan orang-orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala (OTG) untuk segera diisolasi atau dirawat hingga rantai penyebaran dapat segera terputus,” kata Prof. Kuwat dalam situs resmi UGM (26/12/2020).

dr. Dian, salah satu peneliti GeNose, menjelaskan cara kerja GeNose yaitu mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk akibat infeksi Covid-19. Ada/ tidaknya VOC dapat terdeteksi saat orang yang dites mengembuskan napas ke dalam kantong khusus. Kantong tersebut akan diidentifikasi melalui sensor-sensor, lalu datanya akan diolah menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Alat tersebut dilengkapi sistem cloud computing yang memungkinkan deteksi virus jenis baru secara real time.

Data yang terkumpul dalam sistem selanjutnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pemetaan, pelacakan, dan pemantauan penyebaran pandemi Covid-19 secara aktual.

Tim peneliti GeNose

Mengutip Disway (20/01/2021), diketahui bahwa Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si berasal dari desa di utara kota Boyolali, Jawa Tengah. Ia adalah alumnus SMAN 1 Boyolali yang kemudian menamatkan S1 di  Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (MIPA) UGM, Yogyakarta pada tahun 1991.

Lulus dari UGM, Prof. Kuwat melanjutkan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Thesisnya bertajuk “Prototype of Pattern Recognition System in Electronic Nose based on Artificial Neural Network”. Sesuai data di situs resmi UGM, peminatan risetnya memang fokus pada fisika material dan instrumentasi, termasuk electronics nose dan electronics tongue. Prof. Kuwat kemudian melanjutkan S3 di School of Engineering Sciences, Kyushu University, Jepang pada tahun 2001 hingga 2004.

Dalam berbagai penelitian, Prof. Kuwat bersinergi dengan seorang dokter spesialis anak, dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, Sp.A, MSc, Ph.D. Ia juga lulusan S3 dari Jepang, tepatnya dari Kobe University dalam bidang Neurogenetics dan Genetic. dr. Dian adalah dokter spesialis anak dengan peminatan di bidang neurologi/ saraf anak, genetik molekular, dan pengembangan kecerdasan serta kompetensi anak.

Penelitan pertama Prof. Kuwat dan dr. Dian adalah tentang penyakit TBC, infeksi mulut, hingga penyakit yang diakibatkan penyalahgunaan narkotika yang dimulai tahun 2016 dan masih berlangsung hingga sekarang.

Saat datang pandemi, penelitian juga menyasar ke Covid-19. Proses uji coba GeNose di-cross check ke sistem PCR. Hasilnya mereka yang terdeteksi negatif di GeNose juga terdeteksi negatif saat PCR. Pun sebaliknya.

Yang juga terlibat dalam proses penelitian GeNose adalah Dr. Eng. Ahmad Kusumaatmaja, S.Si, M.Sc. dari FMIPA UGM. Risetnya fokus pada ilmu material. Bidang keahlian Dr. Ahmad adalah seputar engineering/ polymer dan plastik juga ilmu fisika.

Nama lain dalam tim GeNose adalah dr. Mohammad Saifudin Hakim, M.Sc. Ph.D dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Ia adalah lulusan S3 Erasmus University Rotterdam, Belanda tahun 2018. Thesisnya saat itu bertajuk “Hepatic and Enteric Viral Infections: Molecular Epidemiology, Immunity and Antiviral Therapy”.

Kelompok riset yang ditekuninya adalah tentang virologi, imunologi, dan mikrobiologi.
Keempat ahli tersebut bersinergi melalui ilmu yang mereka kuasai untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat dalam penanganan pandemi Covid-19.

Atas jasanya sebagai inventor alat deteksi cepat Covid-19 GeNose, UGM memberikan penghargaan Anugerah UGM kepada Prof. Kuwat dalam puncak peringatan Dies Natalis ke-71 UGM yang digelar Sabtu, (19/12/2020). Anugerah UGM 2020 tersebut diberikan langsung oleh Rektor UGM Prof. Panut Mulyono di Grha Sabha Pramana UGM.

 




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News