Jendela Usaha dengan pengusaha tempa yang digelar oleh RMOL/Farah
Jendela Usaha dengan pengusaha tempa yang digelar oleh RMOL/Farah
KOMENTAR

TEMPE merupakan salah satu makanan yang lekat dengan lidah orang Indonesia pada umumnya. Namun sayangnya, banyak produsen tempe di tanah air yang kurang menggerakkan petani kedelai, sebagai bahan baku utama pembuatan tempe. Hal itulah yang juga membuat resah seorang ibu asal Bantul bernama Nurhayati Nirmalasari atau biasa disapa Nungky.

Dalam program Jendela Usaha bertajuk "Usaha Tempe Organik, Kantung Pun Ikut Asik" yang digelar oleh Kantor Berita Politik RMOL pada Rabu (13/1), Nungky menuturkan bahwa keresahannya itu membawa dia untuk memproduksi tempe organik, usaha yang kini dia geluti.

"Kita tahu bahwa lifetime tempe itu cuma dua hari. Maka kita. berpikir untuk bagaimana bisa memberi nilai lebih ke tempe kita. Karena itulah kita. ada produk tempe istan, tempe kaleng dan kripik tempe," jelasnya.

Dia menuturkan bahwa pada mulanya, dia kerap tertarik dengan kegiatan yang dilakukan oleh sang suami yang merupakan seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sering mendampingi petani kedelai di Jawa Tengah.

"Sejak saat itu, saya baru paham banyak hal soal kedelai lokal dan impor serta tata niaganya yang carut marut," jelsnya.

Nungky menambahkan bahwa kedelai lokal kerap kali kalah pamor daripada kedelai impor, yang umumnya adalah GMO atau Genetically Modified Organism. Kedelai impor, jelasnya, cenderung stoknya stabil dan harganya lebih murah daripada kedelai lokal.

"Kedelai impor GMO, sebelum kenaikan harga, lebih murah. Tapi kedelai impor itu merupakan organisme yang direkayasa genetika," kata Nungky.

"Saya sebagai seorang ibu yang masak untuk keluarga dan sering makan tempe, secara logika saya berpikir bahwa sebaiknya yang alami lebih bagus. Karena itulah saya tergerak untuk memproduksi ini dengan bahan baku kedelai lokal," terangnya.

Setelah melalui berbagai proses dan tahapan, seperti mencari petani dan produsen keedalai lokal, juga melakukan riset dan tahapan produksi, dia pun kini berhasil membangun produksi produk. olahan tempa Attempe Healthy Food.

"Kita produksi tempe dengan seni, bagaimana kita meraciknya, setiap proses pengolahannya kita jaga dengan baik. Semuanya handmade. Dan kita juga menjual tempe dengan edukasi, yaitu untuk memperkenalkan bahwa tempe dari kedelai lokal sangat baik," tutupnya.

Produknya pun bisa dengan mudah didapat melalui sejumlah e-commerce dan bisa dijumpai di Instagram
@attempeheathyfood.




Universitas Mercu Buana Sumbang Dua Sumur Resapan di Masjid At Tabayyun

Sebelumnya

Didukung Jago Syariah, Halal Fair 2024 Siap Melejitkan Pasar Produk Halal Yogyakarta

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E