Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

AIROMOLOGI mempelajari air sebagai unsur kehidupan paling hakiki, bahkan paling mutlak di planet bumi.

Meski konon menurut para kosmolog, planet Mars juga memiliki air, namun belum diketahui apakah di sana ada kehidupan seperti di planet bumi.

Andaikata tidak ada air, maka tidak ada kehidupan di planet bumi ini. Andaikata tidak ada air, berarti saya tidak

bisa hidup. Andaikata tidak ada air, mustahil saya bisa bertahan hidup pada tahun 2020, meski andaikata tidak ada pagebluk Corona pun.

Andaikata tidak makan, katanya saya bisa bertahan hidup sampai dua minggu. Sementara andaikata tidak minum masksimal dua hari, saya mampus.

Andaikata tidak ada air, mustahil ginjal saya yang 82,7 persen terdiri dari air bisa berfungsi. Andaikata tidak ada air, mustahil saya bisa berpikir sebab 74,6 persen otak saya terdiri dari air, maka mustahil saya mampu menulis naskah andaikatamologi yang sedang anda baca ini.

Andaikata tidak ada air, mustahil darah bisa dipompa oleh jantung demi mengedarkan darah yang 83 persen terdiri dari air di dalam tubuh saya.

Andaikata tidak ada air, maka terjadi proses dehidrasi pada tubuh saya yang bisa berakibat fatal.

Andaikata tidak ada air, maka saya tidak punya air mata, air keringat, air liur, air ingus, air seni, air mani yang jelas berperan hakiki bagi kehidupan mau pun kelanjutan hidup saya di marcapada ini.

Bahkan tulang saya yang terkesan kering-kerontang itu sebenarnya 22 persen terdiri dari air, sementara 75,6 persen otot-otot saya terdiri air.

Andaikata dua atom hidrogen dan satu atom oksigen memenuhi orbit elektronnya dengan berbagi eleckron, maka tidak ada molekul H20 yang merupakan istilah saintifik untuk air. H20 merupakan perpaduan istimewa antara unsur kimia dengan unsur fisikal yang menghasilkan daya enerji luar biasa kompleks.

Andaikata sebagai cairan, air tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan berbagai substansi lain-lainnya untuk proses biologikal, maka tidak ada organisme hidup.

Para paleontobiolog meyakini bahwa asal-muasal mahluk hidup yang kemudian berkembang menjadi manusia adalah solusi aqueous air laut.

Andaikata air hanya berbentuk cairan tanpa kemampuan berubah bentuk menjadi benda padat (es) serta gas (uap), maka tidak ada daur ulang H20 di planet bumi berupa penguapan air menjadi uap lalu menjadi awan untuk kemudian turun hujan demi mengembalikan air ke bumi untuk diuapkan lagi dan seterusnya dan selanjutnya.

Ketika saya bertanya kenapa air laut asin, mantan deputi Menristek merangkap mahaguru geologi saya DR. Idwan Suhardi MSc. berbaik hati memberikan penjelasan:

“Tentang pertanyaan ‘asinnya air laut’ dari Pak Jaya, tampaknya ’sederhana’ namun saya sebagai geolog tidak pernah puas untuk menjawab.

Menurut Bapak geologi modern, James Hutton untuk memahami batuan (kerak bumi), ‘dogma’ yang digunakan adalah ‘present is the key to the past’. Artinyà untuk memahami bumi yang berusia 4,5 miliar tahun asumsi yang digunakan adalah proses-proses fisik alam hari ini terjadi juga di masa lalu, misalnya gaya gravitasi hari ini juga terjadi pada masa lalu: air mengalir akibat gravitasi juga terjadi pada waktu lalu.

Dengan premis di atas, asinnya air laut yang paling logis adalah akumulasi dari pelarutan batuàn (mineral) yang mengandung unsur Na (Natrium), Magnesium (Mg), Chlor (Cl) dan unsur lainnya pembentuk air laut di
daratan yang dialirkan melalui sungai ke laut”.

Sampai kuantitas tertentu, air terkesan tidak berwarna namun sebenarnya secara intrinsik air berwarna biru akibat serapan cahaya pada gelombang warna merah.

Ketika saya mempertanyakan kenapa air. Andaikata es tidak mengapung di permukaan air, maka berarti berat air bertambah apabila didinginkan sampai beku padahal lazimnynya benda padat lebih berat ketimbang benda cair.

Berarti air memang bukan tergolong benda lazim.




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana