dr Deasi Anggraini, Sp. THT-KL saat menjadi narasumber Zoomtalk
dr Deasi Anggraini, Sp. THT-KL saat menjadi narasumber Zoomtalk "Bincang Sehat" RMOL.id, Jumat (27/11)/ Foto: Farah
KOMENTAR

VIRUS Corona merebak di China pada akhir Desember 2019. Di awal penyebaran, menurut CDC China, orang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami gejala umum seperti demam (83,3%), batuk (60,3%), nyeri perut (38%), dan sesak serta nyeri otot (< 30%).

Berjalannya waktu, virus SARS-Cov ini mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Kebanyakan mereka yang terinfeksi tidak mengalami gejala-gejala seperti yang terjadi di awal penyebarannya. Bahkan pada Maret 2020, CDC Jerman mencatat 2/3 kasus covid-19 yang terindentifikasi adalah disebabkan hilangnya penciuman atau yang dikenal dengan Anosmia.

"Anosmia atau hiposmia adalah berkurangnya atau bahkan hilangnya kemampuan orang untuk menghidu bau. Dalam perkembangan Covid-19 saat ini, kehilangan penciuman itu menjadi gejala paling umum (sebesar 80 persen). Jadi, tidak bisa dianggap sepele jika seseorang sudah merasakan kehilangan penciumannya," ujar dr Deasi Anggraini, Sp. THT-KL, dokter spesialis THT di RSUP Persahabatan dalam Zoomtalk "Bincang Sehat" RMOL.id, Jumat (27/11).

Anosmia, menurut dr Deasi, memang tidak hanya merupakan gejala pada Covid-19 saja, tetapi juga gejala penyakit sinusitis. Hanya saja, Anosmia pada kasus infeksi Corona adalah terjadi secara mendadak (suddent). Bisa saja anosmia tersebut disertai dengan demam atau gejala covid lainnya, bahkan tidak sama sekali.

"Cara yang paling efektif atau deteksi dini untuk mengidentifikasi anosmia tersebut adalah dengan alkohol swab. Kalau di rumah sakit, alkohol swab dilakukan dengan cara mengambil cairan alkohol dengan kapas, kemudian diletakkan dengan jarak 30 cm dari hidung pasien. Nah, akan disebut Anosmia jika si pasien baru bisa mengidentifikasi alkohol tersebut dengan jarak kurang dari 15 cm. Jika sudah seperti itu, segera lakukan tes swab/PCR untuk mengetahui apakah terinfeksi Covid-19 atau tidak," papar dr Deasi.

Jika Anosmia sudah terjadi, upaya paling efektif untuk mengobatinya adalah dengan cuci hidung dengan larutan garam isotonis. Atau, garam isotonis tersebut bisa digantikan dengan cairan infus NaCl.

Caranya, ambil cairan infus sebanyak 30-50 CC dengan menggunakan spluit (wadah suntikan), kemudian masukkan ke dalam hidung secara bergantian. Lakukan perlahan dan dengan menahan napas agar tidak tersedak.

"Ingat, jika mulai mengalami gejala berkurangnya penciuman atau bahkan hilang penciuman, lakukan tes SWAB atau PCR. Jika tidak, lakukan isolasi mandiri selama 7 sampai 10 hari untuk menghindari penyebaran atau pembentukan klaster baru. Dan, selain cuci tangan rutinkan dengan cuci hidung," demikian dr Deasi.
        

 




7 Makanan Pilihan yang Siap Menyapu Kolesterol dari Tubuh Kita

Sebelumnya

Pentingnya Mengurangi Asupan Gula dalam Pola Makan Sehari-hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health