BULAN Safar adalah bulan setelah Muharram. Bukan yang juga harus dilalui dengan terus produktif, memperbaiki kualitas diri, dan mendekatkan diri pada Allah SWT.
Dikutip dari situs Alim, Safar artinya adalah kosong atau rumah yang dikosongkan. Menurut orang-orang bijak dulu, penamaan Safar terkait kebiasaan warga mengosongkan Mekkah (isfaar) di momen tersebut. Warga memilih bepergian daripada tinggal di rumah saat bulan Safar.
"Orang-orang bijak tersebut juga mengatakan, masyarakat Arab dulu percaya kesucian bulan Dzulkaidah, Dsuhijjah, Muharram, dan Rajab. Mereka tidak terlibat perang atau kejahatan di bulan tersebut dan menunggu hingga keempatnya berlalu. Saat Safar, mereka perang dengan suku lain," tulis Alim.
Sebelum Islam datang, Safar dianggap sebagai bulan ketidakberuntungan dan punya pertanda buruk. Safar juga dianggap sebagai bulannya penyakit, perburukan ekonomi, dan segenap kejadian buruk lain yang tidak diharapkan manusia. Masyarakat dulu tidak mengawali pekerjaan penting atau rencana baru selama bulan Safar.
Setelah kedatangan Islam, sebuah agama yang mengutamakan kebenaran dan logika, anggapan tersebut perlahan disingkirkan. Islam percaya Tauhid yaitu Allah SWT sebagai Tuhan yang patut disembah serta risalah yang dibawa para nabi dan Rasulullah.
Namun anggapan Safar sebagai bulan sial masih terus ada sampai sekarang. Bulan ini juga dianggap sebagai kambing hitam atas kondisi buruk yang dialami. Sebanyak 13 hari pertama di bulan Safar dianggap sebagai yang terburuk dan bisa diselamatkan dengan membagi uang dan makanan.
Padahal, sejumlah peristiwa penting terjadi di bulan ini, misalnya perkawinan Ali dan Fatima pada tahun kedua setelah hijriah. Rasulullah SAW dalam hadistnya menerangkan yang disebut beruntung,
"Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, dikarunia rezeki yang cukup dan Allah menjadikannya bersifat qanaah atas nikmat yang diberikan-Nya kepadanya." (HR Muslim)
Hadist lainnya juga mengingatkan pentingnya selalu ikhlas dan ridho pada rezeki yang diberikan Allah SWT, "Ridhoilah apa yang Allah bagikan untukmu, maka engkau akan menjadi orang yang paling berkecukupan." (HR Tirmidzi)
Jadi, tidak ada salahnya jika muslim berdoa di bulan Safar supaya terus dilindungi dan dijauhkan dari segala hal buruk. Doa ini bisa dibaca selain di bulan Safar, jika ingin lebih dekat dengan Allah SWT.
اللهم ارزقني فقها في الدين وزيادة في العلم وكفاية في الرزق وصحة في البدن وتوبة قبل الموت وراحة عند الموت ومغفرة بعد الموت ونجاة عند الحساب وجوازا على الصراط يا ذا الفضل والاحسان برحمتك يا ارحم الراحمين
"Ya Allah, anugerahilah aku agar paham dalam masalah agama, tambahan dalam ilmu, kecukupan dalam rezeki, kesehatan tubuh, taubat sebelum mati, keberuntungan pada saat hitungan amal, dan bisa melewati Titian (shirath), wahai Dzat pemberi keutamaan dan kebaikan, dengan Rahmat Mu wahai Dzat Maha Pengasih di antara para pengasih."
Menurut Dhiyauddin Ahmad bin Musthafa, bacaan ini disebut doa Imam Al-'Adzam supaya selalu diberi keberuntungan dan kebahagiaan hingga akhir hayat.
Sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi di bulan Safar. Dua peristiwa tersebut adalah hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, serta Rasulullah yang mulai merasa sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Keduanya menandai perkembangan Islam di masa depan hingga mendunia.
Dikutip dari Morocco World News, awalnya bukan Safar akan menjadi bulan pertama di penanggalan Islam. Namun usulan tidak jadi dilaksanakan dan Muharram menjadi bulan pertama dalam kalender Islam.
Penanggalan Hijriah digunakan muslim setelah Islam menyebar makin luas di seluruh dunia. Umat muslim memerlukan sistem penanggalan yang lebih baik untuk memudahkan pencatatan dan administrasi. Khalifah Umar bin Khattab memutuskan penggunaan kalender Islam dengan peristiwa hijrah sebagai momen penting.
Terkait wafatnya Nabi Muhammad SAW, 29 Safar tahun kesebelas setelah Hijriah, tercatat sebagai momen ketika kondisi Rasulullah mulai menurun. Hingga akhirnya beliau meninggal pada 12 Rabiulawal pada usia 63 tahun dan 4 hari.
Sebelum wafat, Rasulullah SAW sempat mengikuti pemakaman di Al-Baqi. Sekembalinya dari sana, Rasulullah mengeluh sakit kepala dan demam tinggi. Panasnya bisa dirasakan pada sorbannya. Lalu Rasulullah memimpin salat selama 11 hari, meskipun sedang sakit. Beliau sakit selama 13 atau 14 hari.
KOMENTAR ANDA