MEMBERI uang jajan pada anak SD bukan hanya soal nominal, tapi soal mendidik. Uang jajan bisa jadi alat belajar keuangan pertama yang sangat berharga jika diberikan dengan pertimbangan matang.
Lalu, bagaimana menentukan jumlah uang jajan yang tepat?
Pertama, sesuaikan dengan usia dan kebutuhan harian anak. Anak kelas 1 tentu berbeda dengan anak kelas 6. Perhatikan juga apakah anak membawa bekal dari rumah atau perlu membeli makan di sekolah.
Kedua, sesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga. Jangan merasa harus memberi nominal tertentu hanya karena orang tua lain memberi lebih. Uang jajan adalah bagian dari pendidikan, bukan pembanding status sosial.
Ketiga, perhitungkan frekuensi pemberian—harian, mingguan, atau bulanan. Memberi mingguan atau bulanan bisa melatih anak mengatur uangnya sendiri. Namun, untuk anak yang masih belajar, harian bisa jadi pilihan awal yang aman.
Keempat, gunakan uang jajan sebagai sarana pembelajaran. Ajarkan anak membuat pilihan: membeli satu jajanan mahal atau dua yang sederhana. Dorong juga menabung dari sebagian uang jajannya, walaupun hanya seribu rupiah.
Kelima, pantau penggunaan uang secara terbuka. Bukan untuk mengontrol berlebihan, tapi agar anak merasa bahwa mengelola uang adalah tanggung jawab, bukan sekadar hak.
Dengan pendekatan yang bijak, uang jajan bisa menjadi langkah awal yang luar biasa dalam membentuk anak yang cerdas finansial, bertanggung jawab, dan tahu nilai uang. Karena sejatinya, kecerdasan finansial tidak datang tiba-tiba saat dewasa—ia dibentuk sejak kecil, dari hal-hal sederhana yang kita sering anggap sepele.
KOMENTAR ANDA