DALAM kehidupan keluarga modern, kehadiran kakek dan nenek sering kali menjadi anugerah. Mereka bisa menjadi sumber cinta, pengalaman, dan bantuan yang sangat berarti, terutama bagi orang tua muda. Namun, ada garis halus antara membantu dan mengintervensi, khususnya dalam hal pola pengasuhan cucu.
Setiap generasi memiliki cara mengasuh anak yang berbeda. Apa yang dulu dianggap wajar, mungkin kini tidak lagi relevan atau bahkan bertentangan dengan prinsip pengasuhan masa kini. Misalnya, penggunaan kekerasan verbal atau fisik yang dulu dianggap biasa, kini jelas dihindari dalam pola pengasuhan positif.
Ketika kakek atau nenek mencoba menerapkan cara lama atau mengkritik cara pengasuhan orang tua, ini bisa memicu konflik dan membingungkan anak.
Intervensi yang tidak diminta bisa membuat orang tua merasa tidak dihargai dan kehilangan otoritas atas anak mereka sendiri. Anak pun bisa merasa bingung jika menerima arahan berbeda dari orang tua dan kakek-neneknya. Untuk menjaga keharmonisan keluarga, penting bagi kakek dan nenek untuk bersikap suportif, bukan dominan.
Namun, bukan berarti kakek dan nenek tidak boleh terlibat sama sekali. Mereka tetap bisa memberikan masukan jika diminta, atau jika melihat sesuatu yang benar-benar membahayakan cucu.
Kuncinya adalah komunikasi yang sehat dan saling menghormati. Kakek dan nenek sebaiknya bertanya terlebih dahulu sebelum memberikan saran, dan selalu mendukung keputusan orang tua sebagai figur utama dalam pengasuhan.
Batas yang sehat adalah ketika kakek dan nenek berperan sebagai pendukung yang hadir dengan kasih sayang dan kebijaksanaan, bukan sebagai pengganti orang tua. Dengan cara ini, mereka tetap bisa menjalin hubungan dekat dengan cucu tanpa mengganggu keharmonisan keluarga.
KOMENTAR ANDA