KEPERCAYAAN adalah fondasi utama dalam pernikahan. Namun, dalam perjalanan rumah tangga, kepercayaan bisa saja luntur karena berbagai alasan—perselingkuhan, kebohongan, atau kegagalan menepati janji.
Saat itu terjadi, hubungan bisa terasa rapuh, bahkan nyaris hancur. Meski demikian, bukan berarti semuanya telah berakhir. Dengan niat tulus dan usaha bersama, hubungan masih bisa dipulihkan.
Langkah pertama adalah keterbukaan. Suami istri perlu duduk bersama, bicara dari hati ke hati tanpa saling menyalahkan. Penting untuk mendengar, bukan hanya didengar. Mengakui kesalahan dan memohon maaf dengan tulus bisa menjadi awal yang kuat. Selanjutnya, diperlukan komitmen untuk berubah dan memperbaiki perilaku.
Membangun kembali kepercayaan butuh waktu. Jangan berharap hasil instan. Pasangan yang pernah terluka perlu melihat konsistensi dalam tindakan, bukan hanya kata-kata. Terapi pernikahan juga bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan panduan dari pihak ketiga yang profesional dan netral.
Agar rumah tangga tetap bertahan, pasangan harus terus menumbuhkan komunikasi yang sehat, menjaga keintiman emosional, dan memprioritaskan hubungan di atas ego pribadi.
Tidak kalah penting, tumbuhkan kembali rasa syukur dan kebersamaan dalam hal-hal sederhana, seperti makan malam bersama atau saling mendoakan sebelum tidur.
Pernikahan bukanlah tentang kesempurnaan, melainkan tentang dua orang yang bersedia berjuang, saling memaafkan, dan terus memilih satu sama lain meski telah melalui badai.
Kepercayaan bisa tumbuh kembali, asalkan cinta masih ada dan dipelihara dengan kesabaran serta ketulusan.
KOMENTAR ANDA