DESA Klampok, Singosari, Kabupaten Malang akhirnya bernapas lega. Setelah bertahun-tahun bergantung pada air berbayar mahal saat kemarau, kini 405 kepala keluarga di desa itu bisa menikmati air bersih langsung dari keran—berkat diresmikannya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Singosari oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Selasa (13/5).
Berdasarkan penelusuran Farah.id, diketahui bahwa proyek yang dimulai sejak 2022 ini menjadi bukti nyata bahwa air bersih bukan sekadar fasilitas, melainkan hak dasar yang tak boleh ditunda.
“Dulu warga harus membayar Rp50 ribu per kubik. Kini hanya Rp1.000. Dari Rp1 juta per bulan menjadi Rp20 ribu,” ujar Gubernur Khofifah, menggarisbawahi dampak sosial-ekonomi dari SPAM ini. Dana sebesar Rp11,2 miliar digelontorkan Pemprov Jawa Timur demi mewujudkan akses air bersih melalui hibah ke Pemerintah Kabupaten Malang.
Lebih dari sekadar mengaliri rumah warga, air bersih ini kini juga menjangkau sekolah, masjid, mushala, hingga pondok pesantren. Ini bukan hanya soal fasilitas, tapi juga tentang martabat dan keberlanjutan hidup masyarakat.
Diketahui bahwa air bersih di Indonesia, terutama di Jawa, masih menjadi tantangan besar. Meski curah hujan tinggi, distribusi tidak merata. Topografi pegunungan, alih fungsi lahan, dan kerusakan ekosistem memperparah krisis, terlebih saat musim kemarau. Di banyak tempat, sumur kering dan air tanah tercemar masih jadi cerita tahunan.
Tantangan ke depan bukan hanya membangun lebih banyak SPAM, tetapi memastikan keberlanjutannya: pengelolaan yang profesional, perlindungan sumber air, dan edukasi masyarakat soal konservasi.
SPAM Singosari adalah simbol bahwa perubahan bisa dimulai dari satu titik. Ketika air bersih mengalir, hidup pun ikut bergerak—lebih sehat, lebih hemat, dan lebih bermartabat. Ini bukan sekadar peresmian proyek, tapi sebuah pesan: air adalah hak, bukan kemewahan.
KOMENTAR ANDA