Pernahkah kita merenung betapa waktu berlari demikian cepat?/ Net
Pernahkah kita merenung betapa waktu berlari demikian cepat?/ Net
KOMENTAR

SESUATU yang tidak abadi tapi kita merasa seolah bisa memilikinya untuk selamanya. Itulah waktu.

Sekali lagi, mari merenungi waktu. Sadarilah bahwa waktu kita di dunia ini singkat. Teramat singkat. Kesibukan demi kesibukan yang menyita hari-hari kita membuat waktu berlalu begitu cepat. Waktu bahkan berlari dan kita tak mampu mengejarnya.

“Waktu ibarat pedang, jika kita tidak memotongnya, dialah yang akan memotong kita.” Itulah sebuah pepatah Arab yang maknanya lebih tegas dari sekadar ungkapan time is money.
Bagaimana waktu dapat memotong kita?

Kita merasa sudah menjalani dua, tiga, atau empat dekade kehidupan tanpa sekali pun menjalani “hijrah”. Waktu memotong masa kanak-kanak kita, masa kecil, masa remaja, masa dewasa, hingga masa tua kelak, namun potongan-potongan tersebut tidak memancarkan hidayahNya dan tidak menghadirkan hikmah.

Potongan-potongan perjalanan hidup kita ternyata lebih didominasi keberhasilan duniawi. Tak sedikit pula dari kita yang tidak menorehkan prestasi apa pun dalam dekade demi dekade kehidupan di dunia.

“Demi Masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr 1-3)

Pernahkah kita merenung betapa waktu berlari demikian cepat? Dulu kita bertanya-tanya kapan jodoh datang. Lalu Allah pertemukan kita dengan si dia yang kini menjadi ayah dari anak-anak kita. Dulu kita merasa sangat repot dengan anak-anak karena usia mereka berdekatan. Kini kita merengek untuk bisa jalan bareng anak-anak karena mereka lebih memilih hangout bersama teman-teman daripada orangtua.

Sudahkah kita memberikan pendidikan yang baik bagi putra-putri kita? Sudahkah kita menyiapkan diri menjadi istri dan ibu yang baik jika Allah menganugerahkan kita jodoh dalam waktu singkat? Sudahkah kita mengumpulkan pahala demi pahala dari amal saleh untuk mengenggam ridha Allah kelak di akhirat?

Lihat kembali potongan-potongan hidup kita. Berapa lama lagi? Tak seorang pun dari kita mengetahui kapan ajal kan menjemput. Jika potongan-potongan itu belum memancarkan ihsan (kebaikan), saatnya kita menggunakan segenap jiwa raga untuk menjadi ahsan (lebih baik) setiap hari. Bersyukur atas setiap hela napas, berpacu dengan waktu untuk menjauh dari maksiat.

Masa muda teramat singkat. Masa produktif tiba-tiba saja berakhir. Akankah kita terkejut menyaksikan raga kita tak sanggup lagi berdiri tegak dan berjalan, padahal masih banyak kebaikan yang belum kita lakukan. Masa muda adalah salah satu waktu singkat dalam hidup ini yang mampu membuat kita terlena. Semoga jika masa muda kita berlalu tanpa kebaikan, kini kita diberi kekuatan untuk memperbaiki jalan hidup kita.

Ya Rabb, izinkan kami memotong waktu. Menjadikannya hanya sekadar jarum jam yang berjalan, detik demi detiknya, tanpa menghancurkan diri kami. Karena kami sudah meneguhkan iman padaMu, tak lelah berikhtiar, dan memasrahkannya dengan Laa ilaaha illallaahi, laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi.

Mari berpacu dengan waktu. Mari berlari lebih cepat dari waktu.

 

 




Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Sebelumnya

Ya Allah, Aku Belum Pernah Kecewa dalam Berdoa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur