Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MEMANG ada untung dan ruginya jika orang tua mengabaikan perilaku anak yang terlihat sepele. Namun bila tidak diberikan tindakan secara perlahan untuk mengubahnya, maka masalah perilaku kecil ini bisa mengubahnya menjadi karakter buruk yang sangat melekat dan terbawa hingga anak dewasa.

1. Pura-pura tidak mendengar

Perilaku balita ini dikenal dengan istilah selective hearing atau pendengaran selektif. Di sini, anak hanya ingin mendengar apa yang mereka inginkan saja. Tidak jarang perilaku ini membuat orangtua kesal, karena harus memanggil berkali-kali untuk memintanya melakukan sesuatu.

Mungkin terlihat sepele, ya Bunda. Tapi jika dibiarkan saja, maka akan semakin sulit membuatnya untuk mendengar perkataan orangtuanya.

Jika sudah begini, ada baiknya Bunda menghentikan kebiasaan mengulang perintah atau memanggilnya dari jarak jauh. Bila ingin anak melakukan sesuatu, dekati anak dan tepuk bahunya, lalu minta ia untuk mengerjakan yang Bunda inginkan.

Katakan permintaan Bunda sekali saja dan lihat reaksinya. Bila anak tidak juga melakukan apa yang Bunda pinta, berikan mereka konsekuensi yang sesuai.

2. Sengaja menyakiti orang lain

Perilaku yang ditunjukkan, biasanya anak akan memukul, menggigit atau melempar benda ke orang lain. Tindakan seperti ini biasanya dianggap wajar, lantaran balita belum bisa mengekspresikan dengan benar kemarahannya. Namun bila tidak segera dihentikan, anak akan menjadi lebih agresif dan sulit mengontrol emosi.

Nah, ada baiknya Bunda mengajarkan anak untuk mengenali dan melabeli perasaannya. Dorong anak untuk meluapkan emosinya secara sehat, baik melalui perkataan, memukul mainan drum, berlari di halaman, atau mencoret-coret kertas.

3. Menunjukkan sikap tidak menghargai

Anak balita memang sedang gencar mencoba batasan dan toleransi orangtuanya. Itulah mengapa anak seringkali menunjukkan sikap tidak menghargai, seperti marah besar saat disuruh membereskan mainan, membantah, atau memutar mata saat diberikan nasihat.

Bila terus dibiarkan, masalah perilaku balita ini akan menjadi sikap kasar dan tidak tahu sopan santun, yang akhirnya bisa menyusahkan orangtua.

Bunda, coba berikan ketegasan mengenai perilaku benar yang Bunda inginkan dan anak lakukan. Contoh: "Kamu baru boleh main di luar kalau sudah selesai membereskan mainan" atau "Bunda baru akan menjawab kalau kamu memelankan suara dan berbicara dengan tenang".

4. Memotong pembicaraan

Perilaku balita ini memang tidak merugikan siapapun, tapi bisa tumbuh menjadi kebiasaan jelek bila tidak diberikan batasan yang jelas. Seringkali anak melakukannya karena terlalu bersemangat dan tidak bisa menahan diri untuk menceritakan sesuatu kepada orangtuanya

Nah Bunda, saat lain kali ia melakukannya, pegang tangannya sebagai tanda orangtua menyadari keberadaannya, tapi terus lanjutnya pembicaraan Bunda hingga selesai. Setelah itu, baru kemudian berikan perhatian penuh dan dengarkan apa yang ingin disampaikannya.

5. Membesar-besarkan cerita sebenarnya

Kebanyakan kita merasa perilaku balita yang satu ini bukan suatu masalah, karena menganggap anak memiliki imajinasi yang tinggi. Kenyataannya, membesarkan atau mendramatisir cerita bisa dikategorikan sebagai white lies atau kebohongan kecil yang bisa berkembang menjadi kebohongan besar dengan konsekuensi jangka panjang yang sangat berat.

Bila orangtua menemukan tanda bahwa anak akan berbuat demikian, segeralah untuk berhenti memberikan pertanyaan, sehingga tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk berbohong lebih lanjut.

Beritahukan kepada si kecil bahwa Bunda mengetahui cerita yang sebenarnya. Ingatkan kepada anak bahwa apapun yang terjadi, orangtua lebih menyukai anak yang berkata jujur.

Ingat, untuk mengubah perilaku buruk tersebut sangat diperlukan kesabaran dan konsistensi dari orangtua. Lakukan perlahan dan dengan tujuan yang jelas.

 




Dengarkan Remajamu

Sebelumnya

Bunda, Yuk Persiapkan Mental Si Kecil untuk Semangat Kembali ke Sekolah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting