Ilustrasi Hagia Sophia/Net
Ilustrasi Hagia Sophia/Net
KOMENTAR

NASKAH “Kucuk Aya Sofia Jamii” (14 Juli 2020) memperoleh berbagai tanggapan dari berbagai tokoh. Antara lain tanggapan singkat namun padat-makna dari mahaguru pemikiran etika saya, Romo Franz Magnis Suseno: "Cukup tepat, pak Jaya!

Tanto

Ada pula tanggapan dari budayawan serta komposer merangkap pegiat kesenian yang kini menjadi Presiden Lima Gunung dengan ibu kota Mendut, Sutanto dalam bahasa khas beliau yang bersuasana komposisi aleatorik plus kadang keliru nutul huruf sebagai berikut: “sbg pencinta istanbul..... hagia sofia di titik unik geo polrkaoadbud aeribu th sebelum masehi babilonia sampai detik ini.... mulai berharganya ya MUSEUM DUNIA..... bukan melulu turki.... universitas tua.... night bazar kuno.... laut hitam beku dan laut mediterania hangat..... setengah eropa dan asia...... kemal ataturk memang intelektual... saya kira hagia sofia erdogan tidak umur panjang... tanpa analisis Arab dapring pun.... celakanya senasib morsi mesir..... maag ejaan".

Bekto

Mantan Kapolda Papua dan Komisioner Kompolnas Irjen Drs Bekto Suprapto MSi memberikan masukan informasi menarik terkait kiblat sebagai berikut: “Gereja menjadi Masjid atau Masjid kemudian menjadi Gereja banyak terjadi di banyak negara yang berganti penguasanya maupun karena alasan tertentu. Bahkan ada Masjid yang dirobohkan dan dibangun di sebelahnya karena berbeda kiblat saya temukan di Marrakech Maroko yaitu Masjid Kutubiyya. Pondasi Masjid lama dengan kiblat Yerusalem masih ada dan sengaja dipertahankan sampai sekarang, di sebelahnya dibangun Masjid baru dengan kiblat Mekah. Masalah Hagia Sophia diributkan terkait pro dan kontra karena awalnya Gereja kemudian diubah menjadi Masjid, dijadikan Museum dan sekarang difungsikan sebagai Masjid lagi tetapi tidak ada penjelasan dengan masalah kiblat yang sangat penting bagi bangunan sebuah Masjid karena keyakinan agama”.

Indah

Berdasar berbagai masukan pandangan dan pendapat tentang polemik Hagia Sofia, saya sebagai pedamba kerukunan umat beragama, memberanikan diri untuk membayangkan betapa indahnya suasana perdamaian antarumat beragama hadir di Hagia Sofia apabila pemerintah Turki bersama umat Islam ikhlas memberikan kesempatan bagi umat Nasrani untuk pada hari Minggu menunaikan ibadah di Hagia Sofia yang semula didirikan oleh kaisar Justinian I sebagai katedral sebelum dialih-fungsikan sebagai masjid oleh sultan Mehmed II kemudian diubah menjadi museum oleh Mustafa Kemal Ataturk lalu diputuskan oleh Resep Tayyib Erdogan untuk menjadi masjid.

Mohon dimaafkan apabila pembayangan atas keindahan tersebut keliru.

Penulis Adalah Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan
 




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Jaya Suprana