Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

PANDEMI virus corona atau Covid-19 bukan hanya mengganggu kesehatan fisik, tapi juga mental. Hal tersebut tidak jarang dirasakan oleh banyak orang, termasuk anak-anak usia sekolah.

Betapa tidak, pandemi Covid-19 membuat aktivitas belajar-mengajar mereka terganggu. Sekolah ditutup dan dialihkan ke pembelajaran di rumah. Selain itu, mereka juga diharuskan beraktivitas di rumah dan sebisa mungkin tidak keluar rumah.

Anak-anak usia sekolah juga menghadapi ketidakpastian mengenai kapan aktivitas mereka bisa kembali normal seperti sediakala.

Kondisi itu bukan tidak mungkin membuat anak stres atau bahkan tertekan.

Atas latar belakang itulah, sejumlah distrik sekolah di California Amerika Serikat berinisiatif untuk membantu para siswa di wilayah tersebut agar tetap sehat, bukan hanya secara fisik tapi juga mental. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengajak anak-anak usia sekolah untuk mempraktikkan mindfulness.

Mindfulness sendiri adalah kesadaran diri atau upaya membawa perhatian ke momen saat ini, sambil menerima dan mengenali segala pikiran, emosi, dan perasaan fisik yang ada pada setiap diri seseorang.

Praktik ini memiliki dampak positif bagi kesehatan mental seseorang, termasuk siswa, karena dapat membuat mereka tetap fokus pada saat ini serta menyadari keadaan emosional agar bisa membangkitkan perasaan tenang.

Menurut laporan tahun 2019 yang diterbitkan oleh para peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan Harvard, praktik mindfulness ini dapat sangat bermanfaat bagi kaum muda sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan perhatian dan mengatasi stres.

Salah satu distrik sekolah yang mengajak para siswa untuk mempraktikkan mindfulness adalah Pittsburg Unified di Bay Area, California.

Distrik sekolah ini membawa pakar mindfulness untuk memimpin latihan kelas bagi siswa, serta para guru. Tentu saja, pelatihan mindfulness ini dilakukan secara online, mengingat tingkat penularan covid-19 yang masih cukup tinggi di negeri Paman Sam.

"Saya tidak berpikir ada seseorang di planet ini yang tidak merasa trauma sekarang dan tidak dapat mengambil manfaat dari ini," kata seorang guru kelas satu di Foothill Elementary di Pittsburg, Davis Puerzer seperti dikabarkan <i>edsource.org</i>.

Sementara itu, menurut direktur Mindful Life Project, sebuah nirlaba Richmond yang melayani San Francisco Unified, Oakland Unified, dan sekolah Bay Area lainnya, JG Larochette, sejak sekolah ditutup pada pertengahan Maret lalu karena pandemi virus corona, minat dalam teknik mindfulness untuk anak muda telah melonjak.

Unduhan aplikasi gratis organisasi yang tersedia di situs webnya, telah meningkat 250 persen dalam dua bulan terakhir. Selain itu, video dan pelajaran online gratis dalam bahasa Inggris dan Spanyol juga tersedia dan banyak diminati.

"Itu tidak mengejutkan," katanya.

"Kunci kesehatan mental yang baik bagi banyak orang, yakni stabilitas, rutinitas, interaksi dengan teman sebaya, semuanya telah diambil. Masuk akal bahwa beberapa orang merasa marah, takut, putus asa," sambungnya.

Untuk anak-anak, terutama mereka yang pernah mengalami trauma, belajar untuk mengenali dan mengelola emosi negatif dapat memiliki dampak yang bermanfaat pada perilaku, suasana hati dan perkembangan otak secara keseluruhan, menurut para peneliti.

Dia menjelaskan bahwa saat berada di bawah tekanan, otak melepaskan adrenalin <i>"fight-or-flight"</i>. Jika stres sering terjadi pada anak-anak yang otaknya masih berkembang, bisa sangat besar.

Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini oleh para peneliti di Stanford School of Medicine menggunakan pemindaian otak untuk menunjukkan bahwa kecemasan kronis mengubah sirkuit otak regulasi emosi anak-anak, membuat mereka lebih mungkin menderita gangguan mood jangka panjang.

Sementara itu, menurut Child Mind Institute, jika kondisi tersebut dibiarkan, maka dalam jangka pendek, kecemasan kronis dapat menyebabkan anak-anak menderita masalah perilaku dan kesulitan fokus.

Tetapi mengambil beberapa menit setiap hari untuk menjernihkan pikiran dan tidak memikirkan apapun, seiring waktu, dapat membantu membalikkan beberapa efek berbahaya dari stres kronis.

"Kabar baiknya adalah otak memiliki plastisitas," kata  Larochette.

"Itu bisa beradaptasi dan berubah. Semakin muda Anda memulai, semakin baik," tekannya.




Benarkah Cuaca Panas Ekstrem Berbahaya Bagi Penderita Diabetes?

Sebelumnya

5 Manfaat Spesifik Vitamin C bagi Kesehatan Tubuh

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health